Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Rabu, 06 November 2024 | 19:01 WIB
Suasana masjid Khoiru Ummah, di Dusun Semawung, Muntilan, Magelang, yang ramah pada jemaah terutama anak. [Suara.com/Angga Haksoro]

SuaraJawaTengah.id - Hingga tahun 2020 diperkirakan ada 554.152 masjid di seluruh Indonesia. Selain di bagian timur Nusantara, bisa jadi sedikitnya berdiri satu surau di tiap kampung, bahkan yang paling pelosok sekalipun.     

Begitu masuk waktu salat, suara azan saling bersahutan. Suasana semakin ramai karena banyak langgar atau masjid yang letaknya berdekatan.

Tapi begitu muazin usai mengumandangkan ikamah, jumlah jemaah yang memenuhi panggilan salat hanya terhitung jari sebelah tangan. Masjid lengang.

Suasana masjid yang riuh suara anak-anak bermain atau berebut meraup wudhu, sudah lama hilang. Kebanyakan masjid berubah menjadi bangunan suram yang dingin menyambut anak-anak.

Baca Juga: Formasi Seleksi CPNS Pemerintah Kota Magelang Tahun 2024

“Sedekah paling utama itu air. Air tidak hanya dalam bentuk minuman tapi bisa juga es krim. Ketika ada orang tua mengajak anak atau cucu mengaji di masjid Khoiru Ummah, kami beri es krim,” kata Bangun Madiyono.

Pengurus masjid Khoiru Ummah, di Dusun Semawung, Muntilan ini ingin mengubah kesan masjid yang angker menjadi ramah pada jemaah terutama anak. Bangun memposisikan pengurus masjid sebagai pelayan masyarakat.

“Kuncinya melayani. Pengurus kami instruksikan bahwa kita adalah pelayan umat, bukan dilayani umat. Jadi misal harus menata sandal dan membersihkan WC itu sesuatu yang mulia buat kami.”

Bangun meyakini bahwa masjid adalah rumah milik Allah. Jadi tidak ada takmir, pengurus atau pemberi wakaf tanah yang berhak menguasainya.

Selayaknya rumah Allah, maka seluruh jemaah yang datang ke masjid adalah tamu Allah. Mereka wajib mendapat pelayanan sebaik mungkin.

Baca Juga: Tak Hanya Candi Borobudur, Wisata Sekitar Magelang Juga Diharapkan Bisa Berkembang Pesat

“Kami mengurus masjid ini karena sedih melihat jemaah belum habis (selesai beribadah), lampu masjid sudah dimatikan. Mau tidur di masjid tidak boleh, diusir. Bawa anak kecil diusir. Itu yang menjadikan kita prihatin.”

Pengurus tidak hanya melayani kebutuhan jemaah yang rutin mengikuti kegiatan di masjid, tapi juga para musafir atau orang yang membutuhkan tempat menginap.

“Pintu depan masjid ini tidak ada kuncinya. Masjidil Haram itu kan juga nggak ada kuncinya. Kita tidak tahu kapan orang punya masalah. Kapan suntuk di rumah. Misal tengah malam habis bertengkar dengan istri, suami sumpek keluar rumah, biar larinya ke masjid jangan ke diskotek,” kata Bangun.

Di lantai atas masjid Khoiru Ummah tersedia 20 kasur busa untuk jemaah yang menginap. Kamar mandi, jaringan internet, serta kebutuhan makan, disediakan gratis oleh pengurus masjid.  

Tamu yang menginap kebanyakan adalah orang-orang yang kemalaman di jalan atau kebetulan memiliki urusan di Magelang dan membutuhkan tempat untuk tidur.   

“Kami meyakini masjid itu harus saling bersaudara. Sehingga ketika saya ke Jakarta misalnya, tidak perlu cari hotel karena di sana banyak masjid yang bisa kami singgahi.”

Muslih, salah seorang jemaah asal Banyubiru, Dukun, mendukung program masjid yang menerima tamu untuk menginap. “Masjid memang harus terbuka 24 jam. Kalau belum buka 24 jam, berarti saya ngaji bukan di masjid yang sebenarnya.”

Menurut Muslih, masjid yang memberikan layanan penuh menjadi motivasi bagi jemaah untuk lebih aktif. “Ada makan gratis, pembagian sayuran, insyallah jemaah akan lebih aktif.”

Suasana masjid Khoiru Ummah, di Dusun Semawung, Muntilan, Magelang, yang ramah pada jemaah terutama anak. [Suara.com/Angga Haksoro]

Sayuran Gratis dan Antar Jemput Lansia

Layanan masjid Khoiru Ummah dirintis dari program sedekah sayuran sekitar tahun 2021. Takmir belajar cara mengelola masjid dari ustaz Luqmanulhakim, pendiri sekaligus pengasuh Pondok Masjid Munzalan Mubarakan Ashabul Yamin, Kubu Raya, Kalimantan Barat.

Saat itu takmir masjid membagikan sayuran gratis kepada sekitar 20 jemaah yang hadir pada kajian Senin pagi. Sedekah sayuran kemudian menarik minat para pedagang Pasar Muntilan untuk ikut menyumbang.  

Sekitar 60 orang pedagang Pasar Muntilan sekarang menyedekahkan sayuran senilai Rp500 ribu hingga Rp1 juta setiap hari. Selain dibagikan kepada jemaah, sayuran juga disalurkan ke musala Darussallam di Dusun Jumbleng, masjid Nurul Huda di Dusun Bandongan, dan masjid Al Ahfan, di Kecamatan Borobudur.

Jika masih mencukupi, sedekah sayuran dikirim ke beberapa masjid dan musala di Kecamatan Pakis hingga Kabupaten Boyolali.

“Kita sebagai pengelola masjid harus hadir untuk umat. Hari ini masjid kehilangan pengasuhan. Adanya hanya imam shalat, bukan imam masjid. Adanya takmir, bukan pengasuh jemaah.”

Pengurus masjid Khoiru Ummah kata Bangun, tidak menimbun kas infak dari jemaah. Semua hasil infak langsung disalurkan dalam bentuk sedekah atau pelayanan.  

Sebagian infak kembali kepada jemaah dalam bentuk sedekah sayuran, makan gratis setiap selesai pengajian Senin dan Ahad pagi, atau buka puasa sunah bersama setiap Kamis sore.

Dari jemaah yang hadir pada pengajian Senin pagi, rata-rata terkumpul infak Rp3 juta. Sebagian dipakai untuk doorprize dan antar jemput jemaah.

Pengurus masjid Khoiru Ummah menyediakan angkutan antar-jemput jemaah untuk menghadiri pengajian. Mereka rata-rata berusia lanjut 60-70 tahun.

Bangun meyakini jika jemaah merasakan manfaat dari sedekah dalam jumlah kecil, mereka tidak ragu untuk berinfak dalam jumlah besar.

“Banyak takmir itu mindset-nya seperti pentil ban. Kalau sudah masuk (sedekah) tidak bisa keluar, kecuali sampai meletus. Sementera kami, infak yang terkumpul langsung dihabiskan dalam bentuk servis.”

Pengurus masjid Khoiru Ummah saat ini mengelola infak serba Rp10 ribu. Jemaah bisa memilih beberapa jenis infak hanya dengan mengeluarkan uang yang jumlahnya terjangkau.

Infak serba Rp10 ribu salah satunya disalurkan untuk menyediakan beras di 15 pondok pesantren dan panti asuhan di sekitar Muntilan dan Magelang.

Membantu Masjid Lain

Infak juga dialokasikan untuk membantu membayar listrik bulanan 50 masjid dan musala. Bangun menduga program ini satu-satunya di Indonesia.

Dari infak Rp10 ribu per jemaah, terkumpul sekitar Rp2 juta. “Kami cari masjid atau musala di pelosok atau pegunungan karena biasanya jarang ada infaknya. Rata-rata Rp25 ribu sampai Rp50 ribu. Itu mereka sudah merasa sangat terbantu.”

Alasan pengurus masjid Khoiru Ummah membantu operasional masjid lain karena seluruh masjid adalah rumah Allah. Kebanyakan takmir masjid beranggapan, infak di masjid satu tidak boleh dipakai untuk membantu masjid lainnya.

“Meskipun surplus saldo sampai ratusan juta bahkan miliaran, tapi ada masjid lain yang tidak bisa bayar listrik didiamkan saja. Egois. Padahal ini kan sama-sama rumah Allah.”

Pengurus masjid Khoiru Ummah berencana menyiapkan program wakaf pondok lansia dan biskop mini yang diperuntukan bagi anak-anak muda. Bioskop nantinya akan memutar film-film dakwah.

“Kita harus menuju masjid go digital. Dakwah tidak boleh terbatas pada satu kampung. Harapannya menjangkau seluruh Indonesia. Dari Muntilan untuk Indonesia,” kata Bangun.  

Kontributor : Angga Haksoro Ardi

Load More