Paguyuban Sentra Kerajinan dan Makanan Borobudur termasuk yang paling kencang teriak menolak relokasi. Mereka menganggap sejak awal para pedagang tidak dilibatkan dalam rencana pemindahan tersebut.
“Pedagang dipindahkan, kita tidak dilibatkan. Master plan dulu mau seperti apa. Berarti kita kan sudah tidak dianggap. Tidak di-wongke. Tidak dimanusiakan,” kata Ketua SKMB, Yulianto.
Menurut Yulianto seharusnya rencana relokasi ke Kampung Seni juga membahas dampak buruknya bagi pedagang. Memindahkan pasar ke tempat baru, harus memperhatikan karakter wisatawan sebagai target pasar.
“Ini kan buntu. Kami dipaksa pindah ke KSB sementara di sana tidak memberi harapan ekonomi yang lebih baik. Baru beberapa bulan, sekarang sudah banyak yang tidak kuat jualan.”
Berkeliling terutama di selasar blok sisi barat Pasar Kampung Seni Borobudur, kami mendapati banyak lapak dibiarkan kosong. Beberapa penjual lesu menawarkan dagangan. Sebagian lagi duduk melenguk entah memikirkan apa.
Sejak dulu, tujuan wisatawan datang ke Candi Borobudur bukan untuk berbelanja. Setelah capek jalan berkeliling pelataran atau mendaki candi, wisatawan biasanya ingin bergegas pulang menuju parkiran.
Di pasar kaki lima dulu, pedagang mengatur jalur keluar wisatawan harus melewati lapak-lapak jualan sebelum sampai di parkiran. Dari semula tidak minat belanja, boleh jadi malah membeli sepotong, dua potong celana kolor atau kain pantai.
Di Kampung Seni Borobudur, wisatawan bebas memilih rute secara acak. Paling banyak tentu memilih jalur paling singkat menuju atau keluar pintu loket.
Akibatnya, jumlah pengunjung yang melintasi masing-masing lapak pedagang menjadi tidak sama. Kemungkinan jualan laku di blok yang paling jarang dilewati tamu, semakin kecil.
Baca Juga: Menyambut Pulang Taksu Candi Lumbung, Pulihkan Fungsi Spiritual Benda Cagar Budaya
Kata Yulianto, banyak pedagang pemilik lapak di KSB memilih kembali mengasong berpindah-pindah ke beberapa balkondes. Ada yang bahkan berjualan hingga ke tempat wisata ziarah Watucongol dan Gunungpring di Muntilan.
Berita Terkait
-
Harga Tiket Masuk Candi Borobudur dan Candi Prambanan saat Libur Lebaran 2025, Jangan Keliru!
-
Harga Tiket Masuk Candi Borobudur 2025, Lengkap dengan Cara Belinya Lewat Online!
-
Inspirasi Modifikasi New Honda PCX 160, Ketika Modernitas Berpadu dengan Warisan Budaya
-
3 Jalur Alternatif Mudik ke Magelang Tanpa Macet dari Semarang, Jogja dan Purwokerto
-
Libur Lebaran 2025, Borobudur Targetkan 76.000 Pengunjung: Simak Tips Membeli Tiketnya
Terpopuler
- Pamer Hampers Lebaran dari Letkol Teddy, Irfan Hakim Banjir Kritikan: Tolong Jaga Hati Rakyat
- Kekayaan Menakjubkan Lucky Hakim, Bupati Indramayu yang Kena Sentil Dedi Mulyadi
- Jairo Riedewald Belum Jelas, Pemain Keturunan Indonesia Ini Lebih Mudah Diproses Naturalisasi
- Jualan Sepi usai Mualaf, Ruben Onsu Disarankan Minta Tolong ke Sarwendah
- Bak Trio Ridho-Idzes-Hubner, Timnas Indonesia U-17 Punya 3 Bek Solid
Pilihan
-
Emas dan Bitcoin Banyak Diborong Imbas Ketegangan Perang Dagang AS vs China
-
Red Sparks Bangkit Dramatis, Paksa Set Penentuan di Final Liga Voli Korea 2024/2025
-
RESMI Lawan Manchester United di Malaysia, ASEAN All-Stars Bakal Dilatih Shin Tae-yong?
-
IHSG Hari Ini Anjlok Parah, Prabowo Mengaku Tidak Takut Hingga Singgung Judi
-
Kopicek: Ketika Komunitas Mata Hati Mengubah Stigma Tunanetra Melalui Kopi
Terkini
-
Pemprov Jateng Siap Gelontor Bantuan Keuangan Desa Sebanyak Rp1,2 Triliun
-
Semen Gresik dan Pemkab Blora Teken Kerjasama Pengelolaan Sampah Kota Melalui Teknologi RDF
-
10 Tips Menjaga Semangat Ibadah Setelah Ramadan
-
7 Pabrik Gula Tua di Jawa Tengah: Ada yang Jadi Museum hingga Wisata Instagramable
-
Jateng Menuju Lumbung Pangan Nasional, Gubernur Luthfi Genjot Produksi Padi 11,8 Juta Ton di 2025