Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Selasa, 18 Februari 2025 | 08:59 WIB
Kholifah (kiri) menunjukkan obat yang penuh di kantong berwarna biru untuk anaknya yang lumpuh, Senin (17/2/2025). [suara.com/Sigit AF]

Sempat terpikir di benaknya menjual rumah di Semarang untuk membangun rumah di kampung. Namun, dia masih dipenuhi keraguan.

"Kalau jual rumah ini, hanya cukup buat bangun rumah di kampung, pekerjaan saya bagaimana? Kalau ada modal juga buat usaha, mungkin bisa," ujarnya.

Tak Pernah Mendapat Bantuan

Sandiman mengaku telah menjadi warga Kota Semarang sejak tahun 1997. Namun, hingga kini tak sepeser pun bantuan dari pemerintah yang ia terima.

Baca Juga: Dari Hobi Jadi Juara: Kisah SDN Klepu 03 Ungaran Taklukkan MilkLife Soccer Challenge

Dia bercerita, saat bertemu dengan temannya di Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia (ITM) Kota Semarang, banyak temannya yang sudah mendapatkan bantuan.

"Saya juga bingung, kok saya sendiri yang tidak pernah mendapatkan bantuan," katanya.

Sandiman berharap pemerintah mau turun membantu nasib keluarganya yang tidak beruntung itu. "Harapannya, ini bisa bikin rumah di desa karena di sana banyak saudara biar ada yang bantu," ucapnya.

Sementara itu, istri Sandiman, Kholifah, 50, juga mengharapkan hal yang sama. Meski mengaku sabar dalam menghadapi ujianya hidupnya, tubuh tuannya tidak bisa berbohong.

"Sudah ujian saya, ya tak terima saja. Ayahnya sabar, tapi kadang saya tidak sabar," katanya.

Baca Juga: Ribut-ribut Hotman vs Razman, Pengacara di Jateng Ini Pamer Jualan Penyetan: Siang Sidang, Sore Nguleg Sambal

Dia pun kerap tertekan dengan perkataan tetangga maupun saudara yang membandingkan anak-anaknya yang terlahir berbeda.  

Load More