Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Selasa, 18 Februari 2025 | 08:59 WIB
Kholifah (kiri) menunjukkan obat yang penuh di kantong berwarna biru untuk anaknya yang lumpuh, Senin (17/2/2025). [suara.com/Sigit AF]

Karenanya, untuk kebutuhan makan minum,  Wawan hanya bisa disuapi. Sementara untuk mandi hingga buang air besar, Wawan juga harus dibopong ke kamar mandi.

Ibunya yang bertubuh lebih kecil, kerap kali terjatuh lalu menangis saat membopong Wawan.

"Kalau istri, sudah bilang tidak sanggup. Saya menguatkan meski sebetulnya juga berat menjalani ini. Tapi kalau saya tidak terlihat kuat, siapa lagi yang menguatkan istri," ucapnya.

Apalagi saat ini, Wawan juga mengalami kencing darah. Menurut Sandiman, adanya BPJS Kesehatan memang sangat membantu pengobatan anaknya, tetapi sejumlah obat yang tidak tercover BPJS juga harus ia tebus sendiri di apotek.

Baca Juga: Dari Hobi Jadi Juara: Kisah SDN Klepu 03 Ungaran Taklukkan MilkLife Soccer Challenge

"Ini masih rutin kontrol satu bulan sekali di RS Bhayangkara Semarang," katanya.

Sandiman (kiri), warga Kelurahan Pedurungan Tengah RT 04/01, Kecamatan Pedurungan, Kota Semarang, merawat anaknya yang lumpuh layu, Senin (17/2/2025). (suara.com/Sigit AF)

Rumah Terancam Dijual

Keluarga Sandiman tinggal di rumah sederhana yang berukuran 7x12 meter. Di rumah itu, terdapat satu kamar di ruang depan yang jadi tempat Sandiman memijat pelanggannya.

Sandiman merupakan perantaun asal Wonogiri yang tinggal di Semarang sejak 1985. Usia yang makin menua dengan kehidupan yang makin sulit, terbesit di pikirannya untuk kembali ke kampung halaman.

"Kalau di kampung kan banyak saudara, mungkin lebih banyak yang membantu merawat," ucapnya.

Baca Juga: Ribut-ribut Hotman vs Razman, Pengacara di Jateng Ini Pamer Jualan Penyetan: Siang Sidang, Sore Nguleg Sambal

Namun, Sandiman masih penuh keraguan. Meski memiliki saudara di kampung, tetapi di sana dia tidak memiliki tanah maupun rumah.

Load More