Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Selasa, 04 Maret 2025 | 04:08 WIB
Sosial dalam Perspektif Gus Baha, Bijak dalam Berbicara dan Bermedia Sosial (Facebook/Gus Baha)

SuaraJawaTengah.id - Ramadan adalah bulan penuh berkah di mana masjid menjadi semakin ramai oleh jamaah yang ingin mendekatkan diri kepada Allah SWT. Tak hanya orang dewasa, anak-anak pun turut serta meramaikan suasana masjid, baik saat sholat berjamaah, tadarus Al-Qur’an, maupun mengikuti kajian Islam.

Namun, sering kali kehadiran mereka dianggap mengganggu karena keceriaan dan tingkah laku khas anak-anak yang aktif.

KH Ahmad Bahauddin Nursalim, atau yang lebih dikenal dengan nama Gus Baha, memberikan sudut pandang menarik tentang fenomena ini. Menurut ulama ahli Qur’an dan tafsir asal Rembang ini, anak-anak tidak seharusnya dipandang sebagai gangguan di masjid. Sebaliknya, mereka adalah bagian dari generasi Islam yang harus dirangkul dan dididik dengan penuh kasih sayang.

Dalam salah satu ceramahnya di Universitas Islam Indonesia, Gus Baha menjelaskan bahwa kehadiran anak-anak di masjid merupakan hal yang wajar dan bahkan harus disyukuri. Ia menegaskan bahwa anak-anak belum mukallaf atau belum memiliki kewajiban hukum dalam Islam, sehingga tidak boleh serta-merta dimarahi hanya karena mereka aktif bergerak atau bermain di dalam masjid.

Baca Juga: Pandangan Gus Baha tentang Perayaan Tahun Baru 2025

Dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @MuharulizChannel, Gus Baha menuturkan bahwa dalam tradisi Islam, anak-anak justru diberi kebebasan untuk berada di masjid, bahkan di masa Rasulullah SAW.

“Nakal itu dalam bahasa Jawa tidak harus berarti dosa. Misalnya, kalau ada anak kecil naik-naik ke mimbar, apakah itu haram? Tidak, kan?” ujar Gus Baha.

Lebih lanjut, ia mencontohkan bagaimana Rasulullah SAW bersikap kepada cucunya, Hasan dan Husein, yang pernah menaiki punggung beliau saat sedang sujud dalam sholat. Rasulullah tidak membentak atau mengusir mereka, justru beliau memperpanjang sujudnya hingga cucunya puas bermain. Ini menunjukkan betapa Islam mengajarkan kasih sayang dalam mendidik anak-anak, bahkan dalam konteks ibadah.

Di bulan Ramadhan, di mana anak-anak banyak menghabiskan waktu di masjid untuk sholat tarawih, tadarus, dan mendengarkan ceramah, penting bagi orang tua dan jamaah untuk lebih bersabar dalam membimbing mereka. Jika anak-anak terus dimarahi saat berada di masjid, bukan tidak mungkin mereka akan tumbuh dengan rasa enggan datang ke masjid.

Sebaliknya, jika mereka disambut dengan baik, mereka akan merasa nyaman dan mencintai suasana ibadah sejak kecil. “Kalau anak-anak sering dibentak, mereka akan trauma. Masjid akan terasa sebagai tempat yang menakutkan bagi mereka,” jelas Gus Baha.

Baca Juga: Masjid Tanpa Kunci Khoiru Ummah: 24 Jam Menerima Tamu Allah

Momen Ramadhan ini adalah kesempatan emas untuk menanamkan cinta terhadap masjid dalam diri anak-anak. Daripada terus melarang mereka, lebih baik mendidik dengan kelembutan dan memberi pemahaman. Jika anak-anak dilarang masuk masjid, lalu di mana mereka akan belajar tentang Islam? Ramadhan adalah bulan pembelajaran, bukan hanya bagi orang dewasa, tetapi juga bagi generasi penerus umat.

Sebagaimana Rasulullah SAW memperlakukan anak-anak dengan penuh kelembutan, sudah sepatutnya kita sebagai umatnya mengikuti teladan beliau. Dengan demikian, anak-anak akan tumbuh menjadi generasi yang mencintai masjid dan menjadikan ibadah sebagai bagian dari hidup mereka. Masjid bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga rumah bagi mereka untuk tumbuh dan belajar tentang Islam sejak dini.

Selamat menjalankan ibadah Ramadhan, semoga masjid-masjid kita selalu penuh dengan keberkahan, termasuk oleh tawa riang anak-anak yang kelak akan menjadi penerus umat ini.

Kontributor : Dinar Oktarini

Load More