Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Sabtu, 05 April 2025 | 12:01 WIB
Kolase Tarian bagi-bagi THR yang viral di media sosial. [TikTok]

Letkajenkka memiliki ciri khas gerakan melompat-lompat secara ritmis yang dilakukan secara serempak dalam barisan. Tarian ini mulai dikenal lebih luas ke seluruh dunia pada tahun 1960-an setelah lagu “Letkis” ciptaan Rauno Lehtinen menjadi hits di berbagai negara.

Gerakan yang repetitif dan musik yang ceria membuat Letkajenkka menjadi sangat cocok untuk dimainkan dalam format video pendek, seperti yang kini marak di TikTok.

Fenomena ini menunjukkan bagaimana budaya lintas negara bisa menyatu dan mengalami transformasi makna dalam era digital. Meskipun berasal dari Eropa, Letkajenkka kini mendapatkan “kehidupan baru” sebagai bagian dari ekspresi kreatif anak muda Indonesia.

Dalam konteks budaya digital, makna suatu simbol atau gerakan bisa berubah tergantung pada bagaimana publik memaknainya. Tren “Bagi-Bagi THR” adalah contoh nyata bagaimana budaya bisa mengalami percampuran lintas batas tanpa harus kehilangan makna lokalnya.

Baca Juga: Mengenal Sejarah Lebaran: Istilah Unik yang Hanya Ada di Indonesia

Kejadian ini sekaligus menjadi pengingat bagi publik agar tidak terburu-buru menarik kesimpulan atau menyebarkan dugaan yang belum terverifikasi.

Di era banjir informasi, verifikasi fakta menjadi sangat penting, terutama saat informasi tersebut dapat memicu polemik atau kesalahpahaman budaya. Jadi, sebelum terjebak dalam hoaks budaya, ada baiknya kita berhenti sejenak dan mencari tahu asal-usulnya terlebih dahulu.

Dengan memahami asal-usul tarian Letkajenkka, kita bisa melihat bahwa tren “Bagi-Bagi THR” bukan sekadar hiburan semata, tetapi juga bagian dari proses pertukaran budaya global yang berlangsung secara alami dan dinamis di era digital.

Kontributor : Dinar Oktarini

Baca Juga: Panduan Lengkap Zakat Fitrah: Besaran yang Dibayarkan, Niat, dan Doa untuk Wilayah Jawa Tengah

Load More