SuaraJawaTengah.id - Menyambut hari pendidikan nasional (Hardiknas) 2025, kita perlu mengenang perjalanan cara belajar siswa-siswi di Indonesia.
Salah satunya adalah sekolah rintisan berbasis kurikulum Montessori yang dikembangkan di Magelang. Metode tersebut mendorong siswa sebagai agen aktif dalam pendidikan mereka sendiri.
Berbeda dengan sekolah formal yang menempatkan siswa sebagai objek pendidikan, Sekolah perintis peradaban Magelang dengan kurikulum Montessori merangsang siswa untuk mengembangkan diri.
Metode belajar di sekolah Montessori, membebaskan anak untuk memilih aktivitas sesuai minat dan bakat. Metode ini diyakini memberikan banyak dampak positif bagi anak-anak.
“Kami mengajarkan practical life di sekolah. Anak-anak belajar keterampilan hidup. Fondasinya (belajar) disitu. Agar menjadi tuan atas dirinya sendiri,” kata Founder Sekolah Perintis Peradaban, Saras Dhona Septia beberapa waktu lalu.
Sekolah menyediakan dapur kecil dan tempat cuci piring agar anak bisa belajar mengolah makanan dan membersihkan peralatan makan sendiri.
Secara berkala anak-anak diajak memanen sayuran di sekitar sekolah atau berbelanja ke pasar terdekat. Mereka diajak memasak bahan-bahan itu dan menyajikannya.
“Di sini ada dapur kecil dan wastafel. Mereka makan sendiri, cuci wadah bekalnya sendiri. Kalau ngompol, mereka juga membersihkan bekas ompol dan mencuci bajunya sendiri.”
Lewat pelajaran keterampilan hidup, anak-anak mengembangkan fungsi koordinasi tubuh. Semua materi pelajaran disesuaikan dengan jenjang usia dan kemampuan anak.
Baca Juga: Perjalanan Terakhir Murdaya Poo: Dikremasi Secara Tradisional di Pelataran Borobudur
“Seiring belajar, anak-anak bukan hanya mandiri, tapi juga membangun koordinasi tubuh. Emosinya juga terbangun dari proses tersebut.”
Metode Montessori
Saras Dhona menggagas berdirinya sekolah berkurikulum Montessori berdasarkan pengalaman pribadi. Sebagai ibu satu anak berusia 6 tahun, dia kesulitan mencari sekolah yang cocok untuk anak pra sekolah.
Dia berkeyakinan anak-anak usia pra sekolah seharusnya lebih banyak bermain, ketimbang menghafal dan berhitung. Proses belajar harus dikemas dalam suasana bermain yang menyenangkan.
Gagal menemukan sekolah yang sesuai dengan idealismenya, Saras Dona mulai mempelajari metode belajar Montessori dari buku. Tahun 2023 dia mengambil kelas diploma secara daring yang diadakan Montessori Haus Asia, Jakarta.
Saras Dona menggunakan bekal sertifikasi guru Montessori untuk mendampingi belajar putri semata wayangnya. Kegiatannya sehari-hari mengajar di rumah dibagikan melalui akun media sosial pribadi.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Keluarga 3 Baris Rp50 Jutaan Paling Dicari, Terbaik Sepanjang Masa
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Sepatu Running Lokal Selevel Asics Original, Kualitas Juara Harga Aman di Dompet
- Nikmati Segarnya Re.juve Spesial HUT ke-130 BRI: Harga Istimewa Mulai Rp13 Ribu
Pilihan
-
Jadwal dan Link Streaming Nonton Rizky Ridho Bakal Raih Puskas Award 2025 Malam Ini
-
5 HP RAM 6 GB Paling Murah untuk Multitasking Lancar bagi Pengguna Umum
-
Viral Atlet Indonesia Lagi Hamil 4 Bulan Tetap Bertanding di SEA Games 2025, Eh Dapat Emas
-
6 HP Snapdragon RAM 8 GB Termurah: Terbaik untuk Daily Driver Gaming dan Multitasking
-
Analisis: Taktik Jitu Andoni Iraola Obrak Abrik Jantung Pertahanan Manchester United
Terkini
-
Polisi Ungkap Pembunuhan Advokat di Cilacap, Motif Pelaku Bikin Geleng-geleng
-
UPZ Baznas Semen Gresik Salurkan Bantuan Kemanusiaan bagi Warga Terdampak Bencana Banjir di Sumbar
-
3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
-
7 Destinasi Wisata Kota Tegal yang Cocok untuk Liburan Akhir Tahun 2025
-
Gaji PNS Naik Januari 2026? Kabar Gembira untuk Abdi Negara