Meluaskan pertemanan tidak hanya dengan mereka yang beragama sama, serta membangun kolaborasi berbagai kegiatan lintas keyakinan. “Perlu juga keteladanan dari para pemimpin yang menjadi contoh peran publik dalam membina kerukunan beragama,” kata Al Makin.
Toleransi, Pertemanan, Kolaborasi
Menurut Rafi, toleransi baru tahap awal dari kerukunan beragama. Belum ada keinginan untuk ikut andil dalam membantu kegiatan keagamaan.
“Toleransi baru modal. Kalau sudah kolaborasi, kita membaur semua. Ibaratnya sudah bisa minum dari gelas yang sama. Sebab toleransi juga masih bisa ada konflik.”
Bersama relawan Majelis Umat Nyingma Indonesia (MUNI), Rafi membantu penyelenggaraan Festival Bhumi Mandala, Puja Sang Asap Suci kepada Dzambhala Kuning di Candi Ngawen, Desa Ngawen, Muntilan.
Dia juga terlibat pada acara Nyingma Monlam Chenmo (Festival Doa Nyingma Agung) yang diadakan di Taman Aksobya, Zona II Candi Borobudur.
Nyingma Monlam Chenmo merupakan acara tahunan penting dalam tradisi Nyingma dalam agama Buddha Tibet. Acara ini biasanya diadakan di Bodhgaya, India, dan berfokus pada pembacaan doa, pelaksanaan ritual, dan perayaan ajaran Buddha.
“Di situ aku bantu-bantu menerima tamu dan membagikan makanan kepada para jemaat. Alhamdulillah keluarga mendukung. Selama itu baik, keluarga pasti mendukung.”
Saling Memahami
Baca Juga: Jelang Perayaan Waisak, Puluhan Biksu Mengambil Air Berkah di Umbul Jumprit
Salah pengertian yang sering muncul adalah orang menilai keterlibatan pada perayaan agama lain berarti ikut serta dalam peribadatan. Padahal ada banyak bantuan yang bisa diberikan tanpa perlu khawatir mengganggu keyakinan.
Rafi sendiri memiliki lingkaran pertemanan yang semuanya berasal dari agama yang berbeda-beda. Beberapa diantaranya penganut Ahmadiyah, Sikh, dan Yahudi.
Selain sering berkumpul bersama, secara bergantian mereka saling mengunjungi teman yang sedang merayakan hari raya keagamanaan.
“Circle itu nggak ada yang sama agamanya. Misalkan yang agamanya sedang ada perayaan, kami diundang main. Lebaran, aku juga undang mereka main ke rumah,” uja Rafi.
Menurut dia, menjalin pertemanan dengan penganut agama lain membangun rasa saling pengertian. “Yang paling penting adalah mencoba memahami mereka. Jika kita nggak bisa memahami mereka, bagaimana kita memahami diri sendiri?”
Kontributor : Angga Haksoro Ardi
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Body Lotion dengan Kolagen untuk Usia 50-an, Kulit Kencang dan Halus
- 8 Bedak Translucent untuk Usia 50-an, Wajah Jadi Flawless dan Natural
- Sepatu On Cloud Ori Berapa Harganya? Cek 5 Rekomendasi Paling Empuk buat Harian
- 6 Sabun Cuci Muka dengan Kolagen agar Kulit Tetap Kenyal dan Awet Muda
- 5 Sepatu Lari Rp300 Ribuan di Sports Station, Promo Akhir Tahun
Pilihan
-
Hasil SEA Games 2025: Mutiara Ayu Pahlawan, Indonesia Siap Hajar Thailand di Final
-
Stok BBM Shell Mulai Tersedia, Cek Lokasi SPBU dan Harganya
-
Kekuatan Tersembunyi Mangrove: Bisakah Jadi Solusi Iklim Jangka Panjang?
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
Terkini
-
SIG Bersama Semen Gresik Terima Kunjungan Puluhan Duta Minerba dari Kementerian ESDM
-
Diskon Avtur Pertamina: Angin Segar untuk Libur Nataru, Harga Tiket Pesawat Lebih Ramah di Kantong
-
Cari SUV Bekas Rp80 Jutaan? Ini 5 Pilihan Terbaik, Gagah dan Siap Diajak Touring!
-
Insan BRILiaN Region 10 Semarang Serahkan Bantuan Kemanusiaan untuk Bencana di Sumatera
-
Kiai Sepuh Cegah Perpecahan di Tubuh PBNU, Ma'ruf Amin: Proses Pemakzulan Tak Sesuai AD/ART