Budi Arista Romadhoni
Jum'at, 30 Mei 2025 | 10:08 WIB
Ilustrasi orang membaca Al Qur-an saat Dzulhijjah. [Freepik.com/heruanggara]

SuaraJawaTengah.id - Menjelang puncak ibadah haji dan Idul Adha, umat Islam di seluruh dunia kembali menyambut datangnya bulan Dzulhijjah.

Di antara 12 bulan dalam kalender hijriah, Dzulhijjah menempati posisi istimewa, khususnya 10 hari pertamanya.

Dalam ceramah terbarunya, dai nasional Ustadz Adi Hidayat mengajak umat Islam untuk memanfaatkan 10 hari awal bulan ini sebagai momentum emas memperbaiki diri dan meningkatkan amal saleh.

"Sepuluh hari pertama Dzulhijjah ini bukan hari biasa. Amal saleh di hari-hari ini lebih dicintai Allah melebihi hari-hari lain dalam setahun," ujar Ustadz Adi dalam kajian yang disiarkan secara daring dari YouTube Official Adi Hidayat dkutip pada Jumat (30/5/2025). 

Ustaz Adi mengutip hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Nabi, Abdullah bin Abbas, sebagaimana tercatat dalam Shahih Bukhari.

Dalam hadits tersebut, Nabi Muhammad SAW bersabda, "Tidak ada hari-hari di mana amal shalih lebih dicintai oleh Allah melebihi hari-hari ini yakni 10 hari pertama bulan Dzulhijjah."

Ia menjelaskan bahwa keutamaan hari-hari tersebut bahkan tidak bisa ditandingi oleh keutamaan jihad di jalan Allah, kecuali oleh seorang mujahid yang mengorbankan seluruh hartanya dan dirinya dalam pertempuran dan tidak kembali.

"Ini artinya, kita semua siapapun dan dalam kondisi apapun memiliki peluang yang luar biasa besar untuk mendapatkan cinta Allah melalui amal yang kita kerjakan di hari-hari ini," katanya.

Momentum Iman dan Transformasi Diri

Baca Juga: Tri Ibadah, Pilihan Tepat untuk Tetap Terhubung dan Nyaman Beribadah di Tanah Suci

Dalam pandangan Ustadz Adi Hidayat, keistimewaan 10 hari pertama Dzulhijjah tidak hanya terletak pada limpahan pahala, tetapi juga pada potensi spiritualnya sebagai waktu refleksi diri.

Ia menyebutnya sebagai fase penyempurna dari proses latihan spiritual Ramadan.

"Kesempurnaan Dzulhijjah adalah penyempurna Ramadhan. Saat kita sukses menjadikan Ramadhan sebagai titik awal perbaikan, Dzulhijjah memperkokoh hasilnya," jelasnya.

Menurutnya, Dzulhijjah menawarkan paket penyempurnaan karakter yang berlapis. Mulai dari memperkuat iman, menghapus dosa melalui puasa Arafah, hingga membentuk kepribadian mabrur, yaitu pribadi yang bersih dari kesalahan dan penuh dengan kebaikan.

"Kalau Ramadhan membentuk kita, maka Dzulhijjah menguatkan hasilnya. Di sinilah letak transformasi. Orang yang memanfaatkan 10 hari ini dengan baik, insyaAllah akan jadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya," ujarnya.

Bentuk-Bentuk Amal yang Ditekankan

Load More