SuaraJawaTengah.id - Peluncuran Sahabat-AI, model bahasa besar (Large Language Model/LLM) dengan 70 miliar parameter, menandai era baru kedaulatan digital di Indonesia.
Dikembangkan oleh Indosat Ooredoo Hutchison bekerja sama dengan GoTo Group, pencapaian ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia tidak hanya mampu menjadi konsumen teknologi global, tapi juga penciptanya, dengan infrastruktur yang dibangun oleh anak bangsa dan untuk bangsa.
Langkah ini merupakan titik balik penting dalam lanskap kecerdasan artifisial nasional. Selama ini, AI di Indonesia banyak mengandalkan produk luar negeri.
Namun dengan kehadiran Sahabat-AI, Indonesia kini mengambil alih kendali atas masa depannya di sektor teknologi yang semakin strategis ini.
“Saat ini Indonesia adalah salah satu negara dengan konsumsi AI tertinggi di dunia. Sekarang saatnya kita beralih, dari hanya pengguna menjadi produsen,” ujar CEO Indosat Ooredoo Hutchison, Vikram Sinha, dalam peluncuran resmi Sahabat-AI yang dikutip dari keterangan tertulis pada Rabu (4/6/2025).
Bagi Vikram, ini bukan sekadar pencapaian teknis, tapi momen perubahan paradigma: teknologi tidak lagi sesuatu yang hanya diimpor, melainkan dibangun dari dalam negeri dengan semangat kemandirian.
Keunggulan Sahabat-AI tidak hanya terletak pada kemampuannya yang setara dengan model global, tetapi juga pada fondasi infrastrukturnya yang berdaulat.
Sahabat-AI dijalankan sepenuhnya di atas GPU Merdeka, sebuah sovereign cloud yang dikelola oleh AI Factory Lintasarta, bagian dari Indosat Group.
GPU Merdeka adalah layanan GPU-as-a-Service (GPUaaS) pertama di Indonesia yang sepenuhnya dikembangkan oleh talenta lokal dan menggunakan superkomputer berbasis teknologi NVIDIA.
Baca Juga: Lonjakan Trafik Idulfitri Capai 87,7 Persen di Jateng, Kebumen Tertinggi Penggunaan Jaringan Indosat
Model ini menawarkan latensi rendah dan efisiensi energi tinggi, menjadikannya fondasi andal untuk mengembangkan berbagai aplikasi AI dalam negeri.
Transformasi ini bukan sesuatu yang instan. CEO GoTo, Patrick Walujo, mengungkap bahwa proses pengembangan dimulai lebih dari setahun lalu. “Kami sempat menjajaki kerja sama dengan pihak asing, termasuk dari Amerika.
Tapi justru ketika kami berkolaborasi dengan Indosat dan NVIDIA, barulah terwujud kekuatan lokal yang sesungguhnya,” jelas Patrick.
Hasilnya, dalam waktu kurang dari 200 hari, Indonesia berhasil melompat dari model AI lokal berparameter 7 dan 9 miliar, langsung ke 70 miliar.
Namun, di balik angka besar itu, terdapat filosofi gotong royong digital yang menjadi roh dari proyek ini.
“Sahabat-AI bukan hanya milik Indosat atau GoTo. Ini milik kita semua. Ini tentang Indonesia,” ujar Vikram.
Berita Terkait
Terpopuler
- Naksir Avanza Tahun 2015? Harga Tinggal Segini, Intip Pajak dan Spesifikasi Lengkap
- 5 Krim Kolagen Terbaik yang Bikin Wajah Kencang, Cocok untuk Usia 30 Tahun ke Atas
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- 5 Rekomendasi Bedak Waterproof Terbaik, Anti Luntur Saat Musim Hujan
Pilihan
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
-
Seberapa Kaya Haji Halim? Crazy Rich dengan Kerajaan Kekayaan tapi Didakwa Rp127 Miliar
-
Toba Pulp Lestari Dituding Biang Kerok Bencana, Ini Fakta Perusahaan, Pemilik dan Reaksi Luhut
-
Viral Bupati Bireuen Sebut Tanah Banjir Cocok Ditanami Sawit, Tuai Kecaman Publik
Terkini
-
4 Link Saldo DANA Kaget Jumat Berkah: Raih Kesempatan Rp129 Ribu!
-
Skandal PSSI Jateng Memanas: Johar Lin Eng Diduga Jadi 'Sutradara' Safari Politik Khairul Anwar
-
8 Tempat Camping di Magelang untuk Wisata Akhir Pekan Syahdu Anti Bising Kota
-
Bukan Cuma Sepak Bola! Intip Keseruan dan Kekompakan Jurnalis Semarang di Tiba Tiba Badminton 2025
-
7 Jalur Trek Lari di Purwokerto, Syahdyu untuk Melepas Penat dan Menjaga Kebugaran