SuaraJawaTengah.id - Malam 1 Suro bagi masyarakat Jawa bukan sekadar malam tahun baru penanggalan Jawa. Bagi para pelestari budaya dan pecinta pusaka, malam ini punya makna spiritual dan historis yang dalam. Salah satu tradisi yang masih lestari hingga kini adalah jamasan keris, ritual mencuci atau membersihkan keris.
Dikutip dari kanal YouTube Keris Story, berikut 5 fakta yang menarik dan mengungkap makna di balik tradisi ini:
1. Jamasan Keris: Antara Mistis dan Makna Simbolik
Jamasan sering disalahartikan sebagai kegiatan mistis atau klenik. Padahal, menurut Mas Syed, seorang dosen dan kolektor keris, jamasan memiliki fungsi nyata: merawat, membersihkan, dan menyucikan pusaka dari korosi atau karat.
Keris diperlakukan bukan sebagai benda sakral semata, melainkan sebagai warisan budaya yang memiliki nilai artistik dan historis tinggi.
2. Mengapa Dilakukan di Bulan Suro?
Secara turun-temurun, institusi keraton seperti Keraton Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta menyelenggarakan jamasan keris di bulan Suro.
Bulan ini dianggap waktu yang tepat untuk refleksi dan penyucian, sejalan dengan filosofi tahun baru Jawa: memulai lembaran baru, baik bagi manusia maupun pusakanya.
Namun, menurut Mas Syed, tidak ada keharusan bahwa jamasan hanya bisa dilakukan di bulan Suro. “Kalau keris sudah kotor atau mulai berkarat, ya segera dibersihkan, jangan tunggu Suro,” ujarnya.
Baca Juga: Peringatan 1 Suro di Candi Borobudur, Mengembalikan Nilai Sakral
Artinya, nilai kebersihan dan perawatan keris lebih penting daripada sekadar mengikuti waktu.
3. Tidak Harus Diwarangi, Banyak Metode Alternatif
Banyak orang mengira jamasan harus dilakukan dengan “warangan”—proses kimia menggunakan larutan arsenik untuk menonjolkan pamor (pola) pada bilah keris. Padahal, ada banyak metode yang lebih ramah logam.
Beberapa kolektor menggunakan air kelapa, air dari tujuh mata air, atau air bunga tujuh rupa. Bahkan untuk karat ringan, cukup menggunakan penghapus pensil! Metode sederhana ini tidak merusak struktur logam, tetapi tetap efektif menghilangkan korosi ringan.
4. Filosofi Wangi-Wangian: Bukan Sekadar Aroma
Minyak anti karat yang digunakan untuk mengawetkan keris sering dicampur dengan minyak aroma seperti cendana, melati, atau lavender. Ternyata ini bukan hanya untuk bau semata.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
Terkini
-
Pertamina Patra Niaga Gelar Khitan Massal di Cilacap, Wujud Syukur HUT ke-68 Pertamina
-
5 MPV Diesel Pilihan Rp150 Jutaan yang Worth It untuk Keluarga di Akhir 2025
-
BRI Perkuat Aksi Tanggap Bencana Alam, 70 Ribu Jiwa Terdampak Beroleh Bantuan
-
PSIS Semarang Gegerkan Bursa Transfer: Borong Tiga Pemain Naturalisasi Sekaligus
-
8 Wisata Terbaru dan Populer di Batang untuk Libur Sekolah Akhir 2025