Budi Arista Romadhoni
Senin, 25 Agustus 2025 | 07:12 WIB
 Lukisan Candi Borobudur yang dilukis menggunakan material platina. (Suara.com/ Angga Haksoro A).

SuaraJawaTengah.id - Citra Candi Borobudur hadir dalam bentuknya yang magis. Metais. Abu-abu tersepuh emas putih.    

Nelson Ferreira, pelukis asal Portugal berkebangsaan Inggris, dikenal sebagai seniman ekshibisionis. Dari tangannya lahir berbagai lukisan silang medium.

Tidak hanya memulas cat di atas kanvas, Nelson mencipta karya menggunakan campuran material kayu dan logam. Menggabungkan teknik cap, cukil kayu, dan egg tempera.

Karya-karyanya dominan bernuansa Kristen kuno dan para Santo di Eropa. Saint Esperidius misalnya, menampilkan style lukisan gereja Yunani abad pertengahan.    

Egg tempera sendiri adalah teknik melukis kuno pada medium kayu. Bahan pigmen tertentu dicampur kuning telur agar menghasilkan cat permanen yang cepat kering dan tahan lama.

Pada era Renaisans tenik melukis ini sangat populer. Lukisan egg tempera menghasilkan karya yang detail dan memiliki efek logam berkilau.

Material Platina

Salah satu lukisan terkenal Nelson Ferreira adalah Batalha Monastery, salah satu gereja bersejarah di Portugal.

Lukisan berjudul ‘Lightscapes of the Night: the Monastery's West Facade’ dibuat menggunakan teknik plati gleam.  

Baca Juga: Perayaan Waisak 2025 di Borobudur, Sejarah Biksu Thudong, Lampion, dan Romansa Pasar Medang

Plati gleam adalah teknik melukis menggunakan campuran logam platina sebagai bahan dasar pewarnaan.

Logam platina yang memiliki sifat transmisi cahaya terbatas, menyebabkan lukisan hanya terlihat pada intensitas pencahayaan tertentu.

Pada kondisi terpapar cahaya maksimum, lukisan plati gleam terlihat seperti kanvas kosong. Namun saat gelap, eksposur cahaya pada sebagian bidang kanvas memunculkan garis gambar yang samar.

Sekilas lukisan tampak seperti negatif film berwarna keperakan. Jejak campuran logam platina pada sapuan kuas, menampilkan wujud-wujud gambar yang unik.

“Plati gleam adalah platina. Benda logam yang bersinar jika terkena cahaya. Tapi teknik melukisnya tetap rahasia. Komposisinya (plati gleam) tidak dapat saya jelaskan,” kata Nelson Ferreira.

Platina termasuk jenis logam mulia. Kebanyakan orang menyebut platina sebagai emas putih yang merujuk pada harga belinya yang termasuk tinggi.    

Pada situs jual-beli logam mulia, Bullion Rates, satu gram platina dijual seharga Rp707 ribu. Jauh lebih mahal dibanding perak yang ditawarkan Rp 20 ribu per gram.

Magis Candi Jawa

Sejak Agustus kemarin, Nelson berkarya di Indonesia. Kedatangannya merupakan tindak lanjut dari program Twin World Heritage antara Candi Borobudur dengan Monastery Batalha Portugal.

Selama di Indonesia, Nelson melukis situs purbakala: Candi Prambanan, Candi Sewu, dan Borobudur.     

Dalam imaji Nelson Ferreira, ketiga candi hadir dalam nuansa transendental. Tekstur platina pada lukisan candi, menegaskan warna magis.

Terutama saat kali pertama melukis Candi Sewu, Nelson mengaku mengalami ‘kilatan’ imajinasi yang membuatnya mendapat begitu banyak sudut pandang kreatif.

Perspektif yang kemudian menjadi fondasi dasar melukis Candi Prambanan dan Borobudur. “Saya menjadi memiliki dasar ide bagaimana mengapikasikan teknik plati gleam untuk melukis ketiga candi. Pengalaman itu membuat saya merinding.”

Melukis ‘Buta’

Nelson bisa dibilang melukis ketiga candi dalam keadaan ‘buta’. Sebab campuran logam platina sebagai pewarna tidak bisa seketika muncul di kanvas saat material masih basah.      

Hasil sapuan kuas baru terlihat sekitar satu jam, setelah campuran platina yang diaplikasikan pada kanvas mulai mengering. Tantangan lainnya, melukis harus dilakukan pada malam saat gelap.

“Indonesia sangat lembab. Di Portugal hanya butuh lima menit agar material platina kering. Di sini butuh lebih dari satu jam. Otomatis waktu melukis jadi lebih lama.”

Tantangan melukis menggunakan teknik plati gleam, sama seperti seni kaligrafi pada kertas xuan di Tiongkok atau menulis kanji Jepang di atas kertas beras.

Saat tinta masih basah, tulisan seperti terlihat berantakan di atas kertas. Tapi begitu kelembaban tinta berkurang, tulisan akan semakin jelas terlihat.   

Nelson Ferreira mengaku ketertarikannya melukis situs-situs cagar budaya dilatari oleh semangat untuk kembali menghormati dan memunculkan karya monumental dari masa lalu.

Menurut Nelson, terutama di museum-museum Eropa ada keterpisahan antara peninggalan peradaban masa lalu dengan seni kontemporer hari ini.

“Saya mencoba menghubungkan kembali dunia spiritualitas dan seni kontemporer. Saat ini, keduanya benar-benar terpisah. Museum seni kontemporer, justru mengejek spiritualitas, agama-agama tradisional, dan mengabaikan budaya kuno.”

Twin Heritage

Commercial Group Head PT Taman Wisata Borobudur, AY Suhartanto mengatakan, program Twin World Heritage dimulai sejak tahun 2017.

Menjalin kerja sama dengan sejumlah destinasi dunia, antara lain Candi Borobudur dengan Angkor Wat, Monastery Batalha, dan Machu Picchu, serta Candi Prambanan dengan Taj Mahal.

“Twin World Heritage merupakan langkah untuk mengenalkan serta menaikkan awareness destinasi Indonesia di mata dunia. Program ini antara lain kerja sama meningkatkan pengunjung (market share), kerja sama promosi digital marketing dan joint exhibition,” kata AY Suhartanto.

Kontributor : Angga Haksoro Ardi

Load More