Budi Arista Romadhoni
Sabtu, 30 Agustus 2025 | 14:44 WIB
Pengunjuk rasa berada di samping halte Transjakarta yang dibakar saat aksi menuntut pengusutan kasus penabrakan pengemudi ojek daring oleh mobil rantis Brimob di depan Markas Komando Brimob Polda Metro Jaya, Kwitang, Jakarta, Jumat (29/8/2025). [ANTARA FOTO/Galih Pradipta/rwa]

Ia meminta aparat untuk sangat berhati-hati dan menahan diri dari tindakan represif.

Menurutnya, jatuhnya korban dalam sebuah insiden unjuk rasa bisa menjadi blunder fatal yang justru akan menyulut kemarahan publik ke level yang lebih parah dan sulit dikendalikan.

"Aparat penegak ketertiban harus hati-hati ketika menghadapi masalah. Jangan sampai justru melakukan blunder," tegas Prof Slamet.

Ia mencontohkan bagaimana unjuk rasa di Jakarta pada Kamis (28/8) yang sampai menimbulkan korban jiwa telah membuat situasi semakin kompleks.

Insiden semacam itu, katanya, berpotensi memicu eskalasi konflik yang lebih besar dan tidak terkendali, terutama jika semakin banyak elemen masyarakat yang ikut turun ke jalan.

"Pemerintah harus fokus mengendalikan situasi, jangan sampai menimbulkan jatuhnya korban," kata Prof Slamet menegaskan.

Load More