Budi Arista Romadhoni
Sabtu, 20 September 2025 | 14:34 WIB
Mahasiswi penyandang disabitas, Eprisa Nova Rahmawati diwisuda sebagai sarjana dalam Wisuda Ke-77 Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) di Auditorium Ukhuwah Islamiyah, Kampus I UMP, Desa Dukuhwaluh, Kecamatan Kembaran, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Sabtu (20/9/2025). [ANTARA/Sumarwoto]
Baca 10 detik
  • Mahasiswi disabilitas asal Banjarnegara, Eprisa Nova Rahmawati, lulus cumlaude dari UMP dengan IPK 3,77.
  • Ia menciptakan aplikasi berbasis kamera untuk deteksi penyakit daun tomat guna membantu petani pemula.
  • Didukung beasiswa, sahabat, dan keluarga, Eprisa buktikan keterbatasan fisik bukan penghalang meraih mimpi.

Skripsinya bukanlah sekadar tumpukan kertas, melainkan sebuah solusi nyata: aplikasi berbasis kamera untuk mendeteksi penyakit pada daun tomat.

Inovasi ini memungkinkan petani pemula mengidentifikasi penyakit tanaman secara dini hanya dengan memindai daun menggunakan gawai. "Tujuan saya ingin memudahkan petani agar bisa langsung mengenali penyakit tanaman secara praktis," jelasnya.

Tak hanya cemerlang di bidang akademik, Eprisa juga memiliki jiwa seni yang kuat. Selama prosesi Wisuda Ke-77 UMP, ia menggelar pameran tunggal yang memajang 20 karya lukisnya.

Kanvas dan cat menjadi medium baginya untuk merefleksikan pengalaman, pergulatan batin, serta harapan.

Rektor UMP, Jebul Suroso, dalam sambutannya menyoroti kisah Eprisa sebagai bukti nyata bahwa keterbatasan bisa melahirkan kemenangan tak terduga.

"Ketika seseorang bisa menyelesaikan keterbatasannya dengan kreatif dan tekad yang kuat, maka bisa dipastikan dia akan mencapai kemenangan dengan jalan yang tidak terduga," kata Rektor.

Momen paling emosional terjadi saat Eprisa menyampaikan pidatonya. Dengan suara bergetar namun tegas, ia berterima kasih kepada semua pihak, termasuk dirinya sendiri yang memilih untuk tidak menyerah.

"Terima kasih untuk hati yang lebih memilih bangkit daripada menyerah, meskipun berkali-kali terjatuh dan merasa tidak ada lagi kekuatan untuk melanjutkan. Terima kasih untuk keberanian memilih bangga menjadi berbeda daripada menyembunyikannya, dan memilih merayakan perbedaan ini daripada menyesalinya seumur hidup," katanya, yang disambut tepuk tangan haru seisi auditorium.

Kini, dengan gelar sarjana komputer di tangan, Eprisa berambisi meniti karier di bidang desain antarmuka (UI/UX) dan tak menutup kemungkinan untuk melanjutkan studi ke jenjang magister.

Baca Juga: Inspiratif! 12 Difabel Kudus Ikut Sortir Surat Suara Pilkada 2024

Kisahnya menjadi pengingat kuat bahwa setiap mimpi layak diperjuangkan, dan keterbatasan hanyalah sebuah kata yang bisa ditaklukkan dengan tekad baja.

Load More