Budi Arista Romadhoni
Selasa, 07 Oktober 2025 | 13:17 WIB
Pertamax Green 95. [Dok Suara.com]
Baca 10 detik
  • Penjualan Pertamax Green di Jateng & DIY tembus 348 kiloliter, melampaui target awal 2025 sebesar 228%.
  • Pertamina bantah isu etanol merusak mesin, sebut teknologi ini sudah lazim di AS, Brasil, dan Eropa.
  • Pertamina tegaskan alat ukur oktan portabel tidak akurat, standar pengujian resmi gunakan metode CFR.

SuaraJawaTengah.id - Antusiasme publik terhadap bahan bakar ramah lingkungan tampaknya tak terbendung oleh isu-isu miring.

Hal ini terbukti dari kinerja penjualan Pertamax Green 95 di wilayah Jawa Tengah dan DIY yang meroket, mencatatkan realisasi penjualan yang jauh melampaui ekspektasi.

Produk bensin dengan campuran bioetanol dari Pertamina ini berhasil membukukan penjualan hingga 348 kiloliter (KL) sejak pertama kali diluncurkan di wilayah tersebut.

Angka ini secara mengejutkan melesat hingga 228 persen di atas target awal tahun 2025 yang telah ditetapkan.

Area Manager Communication, Relation, dan CSR Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah, Taufiq Kurniawan, mengungkapkan bahwa capaian tersebut menunjukkan respons positif pasar.

Pertamina awalnya hanya menargetkan delapan outlet SPBU, namun kini sudah berkembang menjadi 14 SPBU yang menyediakan Pertamax Green 95 untuk memenuhi permintaan konsumen yang tinggi.

Tingginya minat masyarakat ini terjadi di tengah beredarnya sejumlah kabar hoaks mengenai kandungan etanol yang disebut dapat merusak komponen kendaraan.

Taufiq dengan tegas menepis kekhawatiran tersebut dan menjelaskan bahwa penggunaan etanol sebagai campuran bahan bakar bukanlah sebuah inovasi baru yang perlu ditakuti.

Menurutnya, teknologi ini sudah sangat lazim dan terbukti aman di berbagai belahan dunia, mulai dari Brasil, Amerika Serikat, hingga negara-negara di Uni Eropa yang telah memanfaatkannya selama bertahun-tahun untuk menekan emisi gas buang.

Baca Juga: Cegah Abrasi, Pertamina Patra Niaga Tanam Mangrove dan Gelar Bersih Pantai di Semarang

"Etanol ini berasal dari bahan nabati seperti tebu, jagung, dan singkong. Setelah melalui proses fermentasi, etanol yang dihasilkan digunakan sebagai campuran bahan bakar untuk menghasilkan emisi yang lebih bersih," jelas Taufiq di Semarang, Selasa (7/10/2025).

Pada Pertamax Green 95, kandungan bioetanol yang berasal dari tetes tebu (molasses) ditetapkan sebesar lima persen (E5).

Taufiq menegaskan, campuran ini justru memberikan sejumlah keuntungan, seperti pembakaran yang lebih sempurna dan emisi yang lebih rendah, tanpa memberikan dampak negatif pada komponen kendaraan seperti logam maupun karet.

Selain isu keamanan etanol, Pertamina juga menyoroti maraknya konten di media sosial yang mempertanyakan nilai oktan (RON) Pertamax Green menggunakan alat ukur portabel.

Taufiq mengingatkan masyarakat untuk tidak mudah percaya pada pengujian semacam itu.

"Alat penguji oktan yang sah harus menggunakan metode CFR (Cooperative Fuel Research Engine), seperti yang kami gunakan di Cilacap dan Cepu. Itu yang benar-benar bisa menunjukkan hasil sesuai spesifikasi standar internasional ASTM D2699," ujarnya.

Load More