Budi Arista Romadhoni
Kamis, 16 Oktober 2025 | 11:27 WIB
Warga memerhatikan kondisi ruas jalan kabupaten yang ambles di Desa Panusupan, Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, setelah wilayah itu diguyur hujan deras pada Rabu (15/10/2025) sore. [ANTARA/HO-BPBD Purbalingga]
Baca 10 detik
  • Jalan di Desa Panusupan, Purbalingga, ambles sepanjang 100 meter setelah diguyur hujan deras.
  • Akibatnya, ribuan warga di Dusun 3 dan Dusun 4 terisolasi total karena akses utama terputus.
  • Warga terpaksa lewat jalur perkebunan, BPBD imbau waspada terhadap potensi longsor susulan.

SuaraJawaTengah.id - Jalanan yang setiap hari menjadi urat nadi kehidupan warga Desa Panusupan, Kecamatan Rembang, Purbalingga, kini berubah menjadi jurang menganga.

Hujan deras tanpa henti pada Rabu (15/10/2025) sore memicu bencana dahsyat, membuat jalan kabupaten ambles sepanjang 100 meter dan mengisolasi ribuan warga dari dunia luar.

Peristiwa dramatis ini terjadi begitu cepat. Guyuran hujan lebat selama satu setengah jam sudah cukup untuk membuat struktur tanah labil dan menelan aspal jalanan.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Purbalingga, Prayitno, memberikan rincian skala kerusakan yang mengerikan.

“Peristiwa tersebut terjadi sekitar pukul 16.30 WIB setelah hujan deras mengguyur sejak pukul 15.00 WIB. Akibatnya jalan kabupaten di Desa Panusupan, Kecamatan Rembang, mengalami ambles dengan panjang sekitar 100 meter, lebar 4 meter, dan kedalaman 3 meter,” ungkap Prayitno dikutip dari ANTARA di Purbalingga, Kamis (16/10/2025).

Dampaknya terasa seketika. Aktivitas warga di Dusun 3 (Bojongsana, Ragamukti) dan Dusun 4 (Batur, Pagelaran) lumpuh total.

Akses utama yang terputus membuat mereka terjebak, tidak bisa bepergian untuk bekerja, sekolah, maupun memenuhi kebutuhan sehari-hari.

“Tidak ada korban jiwa maupun luka. Namun, warga di dua dusun tersebut sementara waktu terisolasi karena jalur utama penghubung tidak bisa dilalui kendaraan,” tegasnya.

Dalam keputusasaan, sebagian warga nekat mencari jalan tikus. Mereka terpaksa menantang bahaya dengan melintasi jalur alternatif darurat melalui area perkebunan yang licin dan curam.

Baca Juga: Pertempuran Lima Hari Semarang: Gubernur Luthfi Ingatkan Soal Tantangan Bangsa Saat Ini

Pilihan ini sangat berisiko, terutama bagi kendaraan roda dua, namun menjadi satu-satunya cara untuk keluar dari isolasi.

“Hingga Kamis pagi, jalur masih belum bisa dilalui kendaraan roda empat. Warga memanfaatkan jalur alternatif melalui jalan perkebunan,” kata Prayitno.

Tim reaksi cepat BPBD bersama aparat gabungan dari kecamatan dan desa langsung terjun ke lokasi bencana. Garis polisi dan rambu peringatan darurat segera dipasang untuk mensterilkan area yang masih rawan longsor susulan.

Upaya koordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPU PR) Kabupaten Purbalingga juga digencarkan untuk merencanakan perbaikan permanen.

Meski demikian, ancaman belum berakhir. Kondisi cuaca yang masih mendung membuat warga waswas. Potensi hujan susulan dapat memperparah kondisi atau bahkan memicu longsor baru di titik lain.

“Kami juga mengimbau masyarakat di wilayah perbukitan agar meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi tanah longsor, terutama saat hujan deras dengan durasi panjang,” pungkas Prayitno.

Load More