Ritual Unik Petani Kendeng Tagih Janji Pemerintah Soal Pabrik Semen

Para Kartini Kendeng mengengatkan para kontestan Pemilu 2019 tidak hanya pintar berjanji namun harus menepati janji

Bangun Santoso
Sabtu, 13 April 2019 | 07:37 WIB
Ritual Unik Petani Kendeng Tagih Janji Pemerintah Soal Pabrik Semen
Ritual unik petani Kendeng tagih janji pemerintah. (Suara.com/Adam Iyasa)

SuaraJawaTengah.id - Para petani Kendeng yang tergabung dalam Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JM-PPK) di wilayah Desa Tegaldowo dan Desa Timbrangan, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah menggelar ritual 'ngalungi sapi', Jumat (12/4/2019).

Ritual dilakukan dengan memandikan sapi serta memberikan sajian makanan kepada sapi-sapi tersebut. Hal itu dilakukan sebagai bentuk rasa terima kasih kepada hewan ternak yang telah membantu dalam proses bertani.

Ritual itu juga bertepatan dengan dua tahun, atau tepatnya pada 12 April 2017 lalu, saat dikeluarkannya rekomendasi dari tim ahli KLHS (Kajian Lingkungan Hidup Strategis) atas wilayah Pegunungan Kendeng, khususnya yang berada di wilayah Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih Rembang.

"KLHS yang telah disusun, harus dipegang teguh dan dijalankan demi kelestarian lingkungan. Kartini Kendeng tidak pernah putus untuk mengingatkan kepada semua yang mempunyai janji-janji itu," ujar Sukinah selaku koordinator Kartini Kendeng.

Baca Juga:Petani Kendeng Kembali Menagih Janji Jokowi Tolak Pabrik Semen

Bagi Sukinah, dan para Kartini Kendeng, KLHS merupakan perintah Presiden RI yang lahir saat bertemu petani Kendeng pada tanggal 2 Agustus 2016 di Istana Negara Jakarta.

"Harapan petani Kendeng bahwa pemerintah serius memperhatikan masa depan Pegunungan Kendeng, masa depan anak cucu kita semua dan masa depan negeri ini. Kenapa? karena kelestarian Kendeng adalah hal yang mutlak harus dilakukan dan dilindungi," papar dia.

Hingga saat ini, kata Sukinah, rekomendasi hasil KLHS Kendeng satupun belum dijalankan oleh pemerintah Jokowi saat ini, baik pusat maupun daerah.

Bahwa, dasar operasi PT Semen Indonesia di Rembang banyak melakukan pelanggaran dan hasil rekomendasi KLHS Kendeng tidak dipatuhi sama sekali.

"Bagi kami, sampai kapanpun akan terus memperjuangkan kelestarian Pegunungan Kendeng, terus menolak keberadaan industri semen dan penambangan batu kapur di Pegunungan Kendeng," katanya.

Baca Juga:Petani Kendeng Bangun Tenda Darurat di Seberang Istana Merdeka

Kartini Kendeng juga mengingatkan, mendekati Pemilu 2019, kepada para capres dan cawapres, partai politik hingga caleg, bahwa suara rakyat bukan untuk 'dibeli' dengan janji-janji kosong tanpa realisasi keberpihakkan pada kepentingan rakyat.

"Kami mengingatkan seluruh pihak yang sedang berkontestasi, sebelum menjabat, janji itu mudah untuk diucapkan, tetapi begitu telah menjabat, maka kepentingan rakyat banyak menjadi yang paling belakang," katanya memberikan pesan.

Para Kartini Kendeng berharap, para pemimpin bangsa yang terpilih untuk mengingat KLHS tersebut, sebagai pondasi pembangunan yang tidak meminggirkan rakyat (masyarakat adat/pedalaman).

"Taruhannya bukan hanya 5 tahunan, tetapi seumur hidup rakyat yang akan menanggung beban jika salah dalam mengambil kebijakkan," ujarnya.

Diketahui, KLHS Kendeng meliputi wilayah 2 Propinsi yaitu Jawa Timur (Kab. Lamongan, Kab. Bojonegoro, Kab. Tuban) serta Jawa Tengah (Kab. Rembang, Kab. Blora, Kab. Grobogan dan kab. Pati).

Pegunungan Kendeng adalah Pegunungan kapur Purba, yang mempunyai fungsi yang sangat vital. Sebagai tempat penyerap gas Karbondioksida (CO) dua kali lipat dari pepohonan, sebagai tempat resapan dan penyimpan air, yang menjadi sungai bawah tanah.

Didalamnya juga terdapat ribuan sumber mata air sebagai sumber kehidupan dan penghidupan, kaya akan situs-situs budaya luhur negeri ini, kaya akan keanekaragaman hayati yang harus tetap terpelihara demi terjaganya keseimbangan ekosistem.

"Tanpa ekosistem yang seimbang, maka bencana besar ekologis di depan mata, dan rakyatlah yang akan pertama menanggung dampak semua itu," tukas Sukinah.

Kontributor : Adam Iyasa

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak