Keunikan Masjid Saka Tunggal di Banyumas dan Legenda Santri Dikutuk

Disebut Masjid Saka Tunggal karena masjid di Banyumas, Jawa Tengah itu berdiri hanya menggunakan satu tiang

Bangun Santoso
Sabtu, 11 Mei 2019 | 13:54 WIB
Keunikan Masjid Saka Tunggal di Banyumas dan Legenda Santri Dikutuk
Masjid Saka Tunggal di Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. (Suara.com/Teguh Lumbiria)
Seorang warga melihat monyet di sekitar Masjid Saka Tunggal, Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. (Suara.com/Teguh Lumbiria)
Seorang warga melihat monyet di sekitar Masjid Saka Tunggal, Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. (Suara.com/Teguh Lumbiria)

Satu pemandangan khas ketika mengunjungi Masjid Saka Tunggal Baitussalam adalah keberadaan hewan monyet berkaki panjang. Hewan ini kerap berkeliaran di sekitar masjid sekalipun dalam waktu tertentu bernaung di perbukitan dan hutan di wilayah itu.

Bagi para pengunjung atau wisatawan religi, keberadaan monyet menjadi daya tarik tersendiri. Hewan primata ini tampak manja saat diberi makanan, seperti jagung, kacang, apalagi pisang. Tak jarang, momentum tersebut diabadikan dalam jepretan kamera oleh para pengunjung.

Imam Masjid Saka Tunggal yang juga Juru kunci generasi ke-12, Sulam menceritakan, jumlah monyet di wilayah tersebut mencapai ratusan lebih. Masing-masing hidup berkelompok, dengan tempat naungan yang berbeda-beda.

Sementara itu, bagi masyarakat sekitar, keberadaan hewan dengan nama latin macaca fascicularis itu memiliki cerita yang melegenda.

Baca Juga:Beribadah di Masjid Ini, Barang Jemaah yang Hilang Akan DIganti

Konon, monyet ini merupakan santri yang boleh dibilang nakal. Di saat yang lain melaksanakan ibadah salat Jumat, ia justru asyik mencari ikan di sungai. Saat diingatkan, ia tetap membandel. Karena itu, kemudian dikutuk menjadi monyet.

"Itu legenda, cerita rakyatnya demikian," kata Sulam.

Namun benar atau tidaknya cerita legenda itu, ada hikmah dan pelajaran yang bisa diperoleh dari kisah itu. Sebagai seorang muslim, sudah semestinya terpanggil ketika ada kumandang azan sebagai ajakan menjalankan ibadah salat.

"Ketika ada kumandang azan, bergegaslah ke masjid (untuk sholat), biar tidak disamakan dengan kebiasaan itu (monyet)," kata dia.

Terlepas dari cerita yang melegenda, kehidupan monyet dan masyarakat setempat, hingga saat ini tetap berdampingan. Sekalipun dalam sejumlah kesempatan, monyet-monyet ini suka memakan hasil tanaman pangan di perkebunan. Namun masyarakat setempat yang umumnya petani tetap maklum.

Baca Juga:Kisah Masjid Keramat, Saksi Bisu Islam Masuk ke Kalimantan Selatan

"Ketika ada tanaman palawija yang sudah berbuah, terkadang suka dimakan. Tapi tidak ada yang menyerang warga, jadi tetap berdampingan," kata salah satu bilal Masjid Saka Tunggal, Juki.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak