Cari Fakta Plagiasi, Mahasiswa Unnes Diintimidasi Kampus Hingga ke Rumah

Niat baik para aktivis mahasiswa untuk mendorong agar kasus dugaan plagiasi tersebut cepat selesai malah dibalas dengan kebijakan represi dan intimidasi.

Chandra Iswinarno
Senin, 09 Maret 2020 | 14:44 WIB
Cari Fakta Plagiasi, Mahasiswa Unnes Diintimidasi Kampus Hingga ke Rumah
Presiden BEM KM Unnes Fajar Ahsanul Hakam dan Wakil Presiden BEM KM Unnes Didik Armansyah. [Suara.com/ Dafi Yusuf].

Fajar mulai merasakan terdapat sesuatu yang janggal saat ia sedang pergi ke Jogja pada 27 Febuari 2020 untuk bertemu dengan Ombudsman Republik Indonesia (ORI) Perwakilan DIY dan Rektor Universitas Gajah Mada (UGM). Saat itu, ia bersama 17 mahasiswa Unnes yang lain mendorong agar dugaan plagiat yang melibatkan Rektor Unnes segera diselesaikan.

"Saya saat di Jogja sudah ditelepon Wakil Dekan III FT agar segera ketemu dengannya. Karena kesibukannya di BEM dan kebetulan juga sedang KKN saya tidak bisa ketemu," paparnya.

Karena tidak dapat bertemu dengan Didik, akhirnya pada 28 Febuari 2020, Wakil Dekan III FT mendatangi rumah Didik. Saat tiba di rumahnya, Wakil Dekan III FT bertemu dengan ibunya. Ia sendiri heran, padahal jarak Semarang ke Cilacap butuh waktu delapan jam.

"Saat bertemu ibu saya, Wirawan berpesan; 'Bu, Didik sekarang sudah semester delapan, harus fokus kuliah, tidak usah banyak kegiatan, tidak usah ikut dunia perpolitikan seperti itu.' Intinya, agar cepat lulus biar bisa kerja bahagiakan orang tua. Nanti kalau beasiswanya dicabut kan ibu tidak bisa bayar kan? Sampai kayak gitu. Kan saya agak marah juga. Kenapa sampai segitunya yang dilakukan ke ibunya,” paparnya.

Baca Juga:Rektor Unnes Tantang Balik Sucipto Debat Soal Penghinaan Terhadap Presiden

Tidak hanya itu, Wirawan juga mengirim pesan melalui WhatsApp kepada Didik yang bernada tendensius.

"Orang tua kamu berpesan agar kamu kuliah, karena bila Beasiswa Bidikmisimu dicabut, ibumu tidak sanggup membiayai. Kamu ke Jogja yang menyuruh dan yang membiayai siapa? Kamu telah membela orang yang salah," imbuhnya.

Bahkan sebelum bertolak ke Jogja, ia dan Fajar, sempat disidang dikelilingi seluruh Wakil Dekan III dan staf kemahasiswaan pada Senin 24 Febuari 2020. Sebenarnya, pada tanggal 21 Febuari mereka sudah mendapatkan panggilan.

Saat disidang, mereka disuruh untuk diam, menurut para dekan, mahasiswa tidak perlu ikut politik. Mahasiswa fokus saja ke akademik dan prestasi. Bahkan, saat itu juga terdapat beberapa dekan yang mangaku bahwa mereka juga ditekan oleh atasan.

"Saya sempat bertanya, bapak-bapak di sini juga mantan aktifis, saya kira paham juga dinamika yang ada. Apakah bapak juga diancam dari atasan? Saat itu, terdapat beberapa Wakil Dekan III yang mengaku dichat dan juga ditekan oleh pihak kampus dengan perkataan kotor seperti, 'Wakil Dekan Goblok' karena tidak bisa mengondisikan mahasiswanya. Namun saat itu mereka tidak memberi tahu yang chat, dia hingga mengeluarkan kata-kata kotor di grup tersebut. Mereka mengaku seperti itu," ungkapnya.

Baca Juga:Pakar Linguistik UGM: Dosen Unnes yang Dinonaktifkan Cenderung Hina Jokowi

Pasca dari Jogja, sekitar 18 mahasiswa yang ikut ke Jogja,16 mahasiswa diantaranya telah dipanggil oleh masing-masing dekan. Menurutnya, semua yang kelihatan di foto saat perjalanan ke Jogja dipanggil.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini