Pandemi Covid-19, Tradisi Yaa Qowiyyu di Klaten tanpa Sebaran Apem

Nama kue itu berasal dari serapan kata affun yang artinya ampunan.

Ari Syahril Ramadhan
Minggu, 04 Oktober 2020 | 15:37 WIB
Pandemi Covid-19, Tradisi Yaa Qowiyyu di Klaten tanpa Sebaran Apem
Peserta tradisi Yaa qowiyyu memasuki kompleks makam Kyahi Ageng Gribig di Kelurahan/Kecamatan Jatinom, Jumat (2/10/2020). [solopos.com]

“Jadi ada pertempuran antara tentara Belanda dengan mujahid di Jatinom tepatnya di wilayah antara Jatinom dan Karanganom. Jadi tidak mungkin digelar di sini [Jatinom],” urai dia.

Bupati Juliyatmono Bagi Bantuan UKT Rp2,4 Juta untuk Mahasiswa Karanganyar, Sudah Daftar?

Para tokoh menghendaki tradisi itu tetap harus digelar. Akhirnya diputuskan perayaan tradisi dipindahkan ke Dukuh Pandanan, Desa Soropaten, Kecamatan Karanganom.

“Kenapa dipindah ke sana? Karena Mbah Kyahi Ageng Gribig memiliki anak mantu yang dimakamkan di Pandanan. Akhirnya, Yaa qowiyyu digelar di sana,” ungkap dia.

Baca Juga:Terdampak PSBB Jakarta, Terminal Klaten Sepi Penumpang

Lebih lanjut, Daryanta mengatakan meski tidak ada kemeriahaan pada perayaan tradisi Yaa qowiyyu tahun ini, esensi perayaan tradisi secara sederhana tahun ini tetap sama. Prinsipnya, tradisi itu digelar untuk mengajak semua orang meminta pengampunan kepada Sang Pencipta.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini