SuaraJawaTengah.id - Mengenang Soegiarin Sang Penyebar Berita Kemerdekaan Indonesia ke Penjuru Dunia
Soegiarin mungkin namanya terdengar asing ditelinga masyarakat Indonesia. Namanya tidak setenar Pahlawan Diponegoro atau lainnya.
Soegiarin ialah sosok jurnalis yang turut berjasa dengan menyebarkan berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ke penjuru dunia.
Siang itu, di sebuah rumah depan makam Ereveld Kalibanteng bertemu dengan adik kandungnya yang bernama Soegiarno (91). Meski tak lagi muda ingatannya masih tajam mengenang sang kakak.
Baca Juga:Dikenal Karena Rumah Sakitnya, AK Gani Berperan Pada Perang Kemerdekaan
Dengan semangat yang masih terpancar, Soegiarno mengawali pembicaraan dengan menceritakan kakaknya lahir di Grobogan Jawa Tengah. Ia dikenal sebagai seorang jurnalis markonis atau penyiar berita morse.
"Soegiarin itu dulu sekolah di pelayaran Belanda, zaman dulu tidak mudah bisa masuk ke sekolah tersebut," katanya saat diwawancarai oleh Suarajawatengah.id, Selasa (10/11/2020).
Lelaki yang mengenakan kemeja merah ini, kemudian menceritakan pengalaman jurnalistik Soegiarin saat bekerja di media cetak berbahasa Belanda di Surabaya.
"Setelah lulus sekolah pelayaran, mas giarin itu bekerja di surat kabar Belanda di Surabaya, lalu pindah ke Jakarta," ucapnya.
Soegiarno menceritakan, di Jakarta kakaknya bekerja sebagai jurnalis Berita Domei di bawah pimpinan Adam Malik. Kakaknya pun berjasa atas Kemerdekaan Indonesia melalui mesin komunikasi sandi morse.
Baca Juga:Peringati Hari Pahlawan, Ini Harapan Ramzi
"Kalau sekarang namanya berita Antara, dulu itu kantor Domei hanya menyiarkan berita-berita Jepang saja," ujarnya.
Perintah Adam Malik
Suatu hari tepat pada tanggal 17 Agustus 1945. Soegiarin diminta oleh Adam Malik untuk tidak pergi kemana-mana. Sebab akan ada berita penting yang harus disiarkan.
"Kamu berani siarkan ini? Dengan konsekuensi kamu akan berhadapan dengan Jepang. Sontak Soegiarin langsung mengatakan saya berani," katanya.
Adam Malik pun memerintahkan Soegiarin menyiarkan berita penting tentang Proklamasi Indonesia jam 10.
"Tidak gampang masuk kantor Domei karena dijaga ketat Kempetai (Polisi Militer Jepang). Tapi kakaknya bisa masuk ke kamar sender, lalu memanasi (mesin pengirim) berita Proklamasi itu disiarkan dengan morse," ucapnya.
Waktu itu juga Jepang berupaya menutup akses komunikasi agar pemberitaan pengeboman Hiroshima dan Nagasaki tidak tersebar. Tapi kantor berita Domei berhasil memberitakan termasuk menyampaikan soal Proklamasi Indonesia.
"Yang menerima siaran berita itu sampai ke negara Amerika, Inggris, Jepang, Palestina bahwa Indonesia sudah merdeka. Namun atas keberanian kakaknya itu semalaman sempat ditahan oleh Jepang," ujarnya.
Soegiarno pun menyampaikan sampai saat ini kakaknya tidak mau diberikan gelar Pahlawan karena ia benar-benar tulus berjuang untuk negara.
"Tidak mau dia, emangnya buat apa? Tapi kalau pemerintah menghargai saya terima. Kalau tidak yaa tidak apa-apa. Alhamdulillah kakak saya sudah ke akhirat dengan nyaman," tutupnya.
Diketahui Soegiarin wafat di Jakarta tanggal 2 November 1987. Ia dimakamkan di Pemakaman umum Bergota Semarang.
(FN)