Hidup Nyaman di New York, Agung Eko Pilih Pulang Dalami Laku Spiritual

Agung Eko sudah hidup nyaman di New York, dengan menjadi peneliti senior, ia akhirnya pulang untuk misi khusus yaitu mendalami laku spiritual

Budi Arista Romadhoni
Senin, 18 Januari 2021 | 10:35 WIB
Hidup Nyaman di New York, Agung Eko Pilih Pulang Dalami Laku Spiritual
Agung Eko Saat di Vihara 2500 Buddha Jayanti Bukit Wungkal Kasap, Banyumanik, Kota Semarang (Suara.com/Dafi Yusuf) 

Di antara tahun itu pula, Agung sempat membantu Fisikawan Indonesia, Yohanes Surya untuk mendirikan sebuah lembaga di bidang Fisika selama satu tahun. 

"Setelah membantu teman saya itu selesai, saya fokus ke laku spiritual saya lagi," katanya. 

Sampai saat ini, dia sedang melakukan meditasi untuk menjauhi keramaian Kota Semarang di Vihara 2500 Buddha Jayanti Bukit Wungkal Kasap untuk mempertajam laku spiritualnya. 

"Saya menemukan tempat yang begitu tenang di Wungkal Kasap," imbuhnya. 

Baca Juga:Al Maliki, Pria Penuh Tato yang Jadi Hafiz Quran: Saya Tak Ingin Hapus Tato

Menurutnya, hidup tak hanya soal materi saja. Namun, naluri spiritual juga harus diasah salah satunya adalah melalui meditasi di Wungkal Kasap. 

"Hidup itu bukan soal materi saja, spiritual juga harus diasah," katanya. 

Saat ini, dia sudah menjadi guru meditasi di Pudak Payung dan Vihara 2500 Budhha Jayanti, Bukit Wungkal Kasap. Bahkan, dia sudah mempunyai murid dari unsur masyarakat dengan usia belasan tahun hingga manula. 

"Saya memilih Vihara 2500 Buddha Jayanti karena dari segi fisik kawasan tersebut dikelilingi hutan dan suara gemercik air sungai sangat jelas terdengar," imbuhnya. 

Seperti diketahui, Vihara Buddha Jayanti didirkan oleh Bhikkhu putra pertama Indonesia, bernama Ashin Jinarakkhitha yang diupasampada (ditahbis) di Myanmar pada awal tahun 1954, lalu kembali ke Indonesia pada tahun 1955.

Baca Juga:Pantang Menyerah, Pengusaha Lobster Ini Tetap Untung Rp45 Juta Per Bulan

Adapun pembangunan vihara itu berlangsung selama 2 tahun yakni sejak 1957 hingga 1959. Proses pembangunannya dibantu oleh warga Pakintelan yang dulunya mayoritas memeluk agama Buddha.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak