Sejarah Kelenteng Tertua di Tegal, Memiliki Gamelan Pusaka Kiai Naga Mulya

Kelenteng itu yakni Kelenteng Tek Hay Kiong yang berlokasi di Jalan Gurami, Kelurahan Tegalsari, Kecamatan Tegal Barat.

Ronald Seger Prabowo
Jum'at, 29 Januari 2021 | 15:13 WIB
Sejarah Kelenteng Tertua di Tegal, Memiliki Gamelan Pusaka Kiai Naga Mulya
Kelenteng Tek Hay Kiong, Kota Tegal menjelang perayaan Tahun Baru Imlek, Kamis (28/1/2021). [Suara.com/F Firdaus]

Hal ini karena pada waktu itu kelenteng menjadi pusat orang-orang Tionghoa untuk berkumpul dan beribadah.

"Opsir pertama di Tegal kurang jelas tahunnya berapa, tapi kelenteng Tegal diperkirakan berdiri tahun 1760 untuk menghormati Tek Hai Cin Jin‎," ujar Chen Li.

Menurut Chen Li, berdasarkan prasasti yang ada di kelenteng, pada awal berdiri, Kelenteng Tek Hay Kiong bernama Jin Jin Bio. Perubahan nama menjadi Tek Hay Kiong terjadi setelah kelenteng direnovasi besar-besaran pada 1837 karena kondisinya rusak.

Opsir Tegal kala itu, Tan Kun Hwai, mendatangkan tukang-tukang dan material dari Tiongkok untuk merenovasi total kelenteng.

Baca Juga:Gulung Tikar, Pengusaha Warteg Ramai-ramai Pulang Kampung

"Jadi bangunan sekarang masih bangunan asli hasil renovasi tahun 1837. Yang baru itu bangunan-bangunan di sampingnya saja. Nama lama diubah jadi Tek Hay Kiong. Kiong itu artinya tempat peribadahan agama Tao. Secara harfiah artinya istana, artinya ini tempat istana untuk memuja tokoh Tek Hay Jin Jin," ungkap Chen Li.

Tak hanya bangunannya yang masih asli, kelenteng Tek Hay Kiong juga ‎memiliki gamelan pusaka bernama Kiai Naga Mulya. Seperti bangunan kelenteng, gamelan ini juga sudah berusia ratusan tahun. "Gamelannya dibuat ‎tahun 1860 kalau tidak salah. Dibuat di Purworejo," ujar Chen Li.

‎Chen Li mengatakan, gamelan tersebut disimpan di ruangan khusus di dalam kelenteng yang dikunci. Sebagai gamelan pusaka, gamelan ini tidak bisa sembarangan dikeluarkan dan dimainkan.

‎"Kalau mau dikeluarkan untuk dipentaskan harus ada ritual dulu. Setelah ritual dilakukan pembersihan. Setelah pembersihan dilakukan ritual lagi sebelum dipentaskan. Setelah dipentaskan, ada pembersihan lagi dan ritual sebelum ruangan tempat menyimpan ditutup," ujarnya.

Ritual yang dilakukan tersebut sama dengan ritual yang biasa dilakukan di kalangan orang Jawa, lengkap menggunakan sesajen seperti nasi liwet, kemenyan, dan kembang telon.

Baca Juga:Naik 2 Kali Lipat karena Covid, 190 Orang Dimakamkan Setiap Hari di Jakarta

Terakhir kali, gamelan Kiai Naga Mulya dikeluarkan dan dimainkan untuk pagelaran pada 2017 lalu saat ulang tahun ke-180 kelenteng dihitung dari renovasi total pada 1837. Saat itu, gamelan memainkan lagu-lagu Jawa untuk mengiringi pentas wayang dalang Ki Anton Surono.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini