“Gambar terakhir itu nanti Wisanggeni bertemu Arjuna. Wisanggeni itu anaknya Dresanala yang patutan (menikah) dengan Janoko (Arjuna) yang tadinya mau dibunuh. Tapi karena kuasa Sang Hyang Wenang, dia dilindungi dan malah bisa membalikkan kesalahan menjadi kebenaran yang sesungguhnya,” kata Iswanto.
Sebagai dalang yang juga lulusan Jurusan Kriya, Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Iswanto tak lagi asing dengan seni tatah sungging (mengukir) wayang kulit. Iswanto belajar dalang di Habirando, sekolah informal pedalangan milik Keraton Yogyakarta pada tahun 2004.
“Saya alumnus ISI Jurusan Kriya tahun 1990. Di rumah juga punya sanggar yang sehari-harinya itu natah kemudian sungging,” ujar Iswanto.
Iswanto berencana melanjutkan menghias tembok-tembok kosong lainnya di kampungnya dengan mural bertema wayang kulit. Dia berharap kampungnya akan dikenal sebagai kampung wayang kulit.
Baca Juga:Mantul! Ada Mie Ayam Berbumbu Rendang di Magelang
Kontributor : Angga Haksoro Ardi