SuaraJawaTengah.id - Federasi Sepak Bola Asia (AFC) menobatkan Amiruddin Bagus Kahfi Alfikri sebagai pemain sepak bola muda Indonesia paling menjanjikan. Namun ada cerita menarik dibalik prestasi Bagus Kahfi, ia saat kecil pernah menderita sakit misterius.
Bagus Kahfi dan saudara kembarnya Amiruddin Bagas Kaffa Arrizqi menjadi sorotan setelah ikut mengantar Tim Nasional (Timnas) Indonesia U-16 menjuarai Piala AFF tahun 2018. Pada kompetisi itu Bagus menjadi pencetak gol terbanyak.
Setelah selalu bermain di kesebelasan yang sama, pada akhir tahun 2020 keduanya memilih jalan karir masing-masing. Bagas Kaffa membela Barito Putra di Liga I kompetisi sepak bola Indonesia, sedangkan Bagus Kahfi ke Belanda bergabung dengan FC Utrecht.
Keberhasilan duo kembar ini tak lepas dari dukungan keluarga, terutama sang ayah, Yuni Puji Istiono (48 tahun). Kepada SuaraJawaTengah.id, Yuni menceritakan pengalaman masa kecil Bagas dan Bagus.
Baca Juga:Dilanda Rindu, Shella Bernadetha Bagikan Foto Mesra Bareng Bagus Kahfi
Menurut Yuni, ada cerita unik soal masa kecil Bagas dan Bagus yaitu keduanya jarang mengenakan alas kaki saat bermain. Sehingga kulit telapak kakinya menebal dan keras (kapalan).
“Setelah bisa berjalan, si kembar tidak pernah pakai sandal atau alas kaki. Sehingga kakinya Bagas sama Bagus waktu kecil itu ngapal. Iteng. Kalau kita ajak ke masjid kadang kurang percaya diri karena telapak kakinya iteng. Kelihatan kotor padahal itu nggak kotor, tapi ngapal.”
![Yuni Puji Istiono (48 tahun) di depan rumah anaknya Bagas Kaffa dan Bagus Kahfi yang sedang dibangun. Bagus Kahfi dinobatkan sebagai pemain sepak bola muda Indonesia paling cemerlang saat ini. (Suara.com/ Angga Haksoro Ardhi).](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/03/02/80510-ayah-bagus-kahfi.jpg)
Yuni mengingat kedua anaknya termasuk anak yang sangat aktif. Sama seperti teman sebaya mereka di Desa Pancuranmas, Kecamatan Secang, Magelang, Bagas dan Bagus kecil gemar bermain ke sungai.
“Bagus pernah mau keli (hanyut). Dengan teman-temannya ke Mbolong (Kali Bolong). Ke sungai itu pernah ada yang cerita sama saya, Bagus hampir hanyut. Alhamdulillah bisa tertolong,” ujar Yuni, Selasa (2/3/3021).
Yuni mengatakan, saat berusia 4 tahun Bagus pernah menderita sakit kejang selama 7 hari. Sempat dirawat di RS Harapan, Kota Magelang, kondisi kesehatan Bagus tidak menunjukan perubahan.
Baca Juga:Hits Bola: Komentar Guardiola Tanggapi 18 Kemenangan Beruntun Man City
“Disuntik (obat) anti kejang tidak mempan. Tidak ada pengaruhnya. Akhirnya kami bawa ke rumah sakit Lestari Raharjo sampai ke RS Panti Rapih. Dirawat 7 hari tidak sadar. Kami hanya berdoa memohon kepada Allah supaya segera sembuh,” kata Yuni.
Anehnya menginjak hari ke tujuh, malam Jumat, Bagus siuman. Dia bangun dari tempat tidur dan melepas jarum infus seolah tak terjadi apa-apa.
“Jarum infus dan yang lainnya dilepasi. Seperti biasa.”
Keesokan harinya, keluarga menemui dokter untuk menanyakan kondisi Bagus. Dokter merujuk pemeriksaan computed tomography (CT) scan, tapi tidak ditemukan adanya penyakit, sehingga Bagus dibolehkan pulang.
Sampai di rumah, Bagus menunjukkan gejala sakit lagi. Kali ini mereka tidak ke dokter dan berinisiatif menemui Kiai Tamam untuk meminta bantuan.
“Sama Mbah Kiai Taman enak, cuma diusap saja kemudian Alhamdulillah. ‘Ada apa mbah?’ Kata Mbah Tamam ‘ini ada yang mau ikut’. Sekarang kurang tahu, itu masih di Bagus atau bagaimana,” ujar Yuni mengingat peristiwa aneh itu.
Yuni mengaku hampir setiap hari berkomunikasi dengan Bagus yang menjalani masa penyesuaian di Utrecht, Belanda. Pemain kelahiran 16 Januari 2002 ini dikontrak FC Utrecht hingga tahun 2022.
Utrecht memiliki opsi mengajukan perpanjangan kontrak 2 tahun, jika Bagus menunjukkan performa bermain memuaskan. Direktur Teknik FC Utrecht, Jordy Zuidam menyambut positif kedatangan Bagus.
Bagus dinilainya sebagai pemain yang kreatif dan memiliki insting mencetak gol yang tajam. Hal itu sudah dibuktikan Bagus saat memperkuat Timnas Indonesia U-19.
Kontributor : Angga Haksoro Ardi