Marak Prostitusi Online di Solo, Ini Sejarah PSK di Kota Bengawan

Prostitusi online menjadi sorotan publik, apalagi akan dibubarkan oleh Gibran Rakabuming Raka

Budi Arista Romadhoni
Jum'at, 05 Maret 2021 | 09:20 WIB
Marak Prostitusi Online di Solo, Ini Sejarah PSK di Kota Bengawan
Ilustrasi prostitusi online lagi menjadi sorotan

SuaraJawaTengah.id - Prostitusi online di Kota Solo tengah marak terjadi. Selain karena pandemi Covid-19, ramainya transaksi prostitusi online karena ditutupnya tempat-tempat lokalisasi. 

Prostitusi online sendiri marak terjadi di kota-kota besar di Indonesia. Perkembangan teknologi, layanan esek-esek bisa dilakukan secara daring dan minim resiko terendus oleh petugas penegak hukum. 

Tidak cuma PSK, para artis pun beberapa kali kepergok menjadi penyedia jasa prostitusi online. Jasa esek-esek menjadi terbuka di media sosial dengan memanfaatkan chatting

Bagaimana Prostitusi di Solo

Baca Juga:Tarif 'Wah' Prostitusi Online di Solo, Bisnis Esek-esek yang Dilibas Gibran

Dilansir dari Solopos.com, Pelacuran atau prostitusi merupakan penyakit serta fenomena sosial dalam masyarakat yang sangat kompleks. Pemerintah daerah mengatur pembinaan para pelacur dengan melakukan kontrol terhadap kesehatan mereka serta berbagai pendidikan dan pelatihan keterampilan.

Kota Solo cukup dikenal sebagai salah satu pusat bisnis prostitusi sebelum akhirnya resosialisasi Silir ditutup pada 27 Agustus 1998. Penutupan lokalisasi tersebut dilakukan berdasarkan desakan masyarakat.

Saat Silir ditutup, para PSK diberi uang saku Rp150.000 untuk kembali ke kampung halaman. Namun, ada beberapa dari mereka yang tidak kembali, malahan menjajakan cinta di jalanan Kota Solo. Alasan tidak memiliki keterampilan membuat mereka terjun ke lembah hitam tersebut.

Jumlah PSK di Solo

Pada Data Badan Pusat Statistik (BPS) Surakarta pada 2001 mencatat sampai saat itu ada 972 PSK di Kota Solo.

Baca Juga:Tolak Tawaran Klub Malaysia, Renan Silva: Saya Pilih Bhayangkara Solo FC

Berdasarkan penelusuran tim Solopos pada 2011 lalu tercatat ada 700-an PSK yang bekerja di Kota Bengawan. Mereka yang tersebar di berbagai lokasi itu bahkan rutin melayani pelanggan dua kali dalam sehari.

Sementara berdasarkan data Surakarta dalam Angka 2020 yang dirilis BPS Surakarta tidak ditemukan jumlah PSK di Kota Bengawan. Meski demikian ada sejumlah PSK yang terjaring razia setiap kali operasi pekat dilakukan aparat Polresta Solo.

Praktik prostitusi ini sangat penting diberantas karena menjadi salah satu masalah sosial masyarakat sejak dulu kala. Selain itu, aktivitas seks bebas sangat berisiko terhadap peningkatan kasus HIV/AIDS.

Kekinian Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, memerintahkan polisi dan jajarannya memberantas praktik segala macam prostitusi, termasuk online di Kota Bengawan. 

Instruksi tersebut disampaikan Gibran setelah terjun melakukan operasi penyakit masyarakat (pekat) pada Sabtu (27/2/2021). Dalam operasi tersebut sebanyak 36 PSK diamankan.

“Kemarin operasi pekat bersama Polresta Solo kan baru pertama kali. Lalu banyak masukan di twitter sama michat lebih banyak, akan kami telusuri dan trace satu per satu,” terang Gibran, Senin (1/3/2021).

Sementara itu, Kapolresta Solo Kombes Pol Ade Safri Simanjuntak mengatakan Polresta Solo sudah menurunkan tim siber untuk menyelidiki pratik prostitusi online.

“Penyelidikan sudah kami lakukan untuk menindaklanjuti aduan yang dimaksud. Segera kami rilis perkembangannya. Kami dan Wali Kota Solo dalam satu frekuensi dan cara berpikir sama mewujudkan Solo Bebas Pekat,”papar Kapolresta.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak