Indeks Ideologi Organisasi GP Ansor Tertinggi di NU

Diantara Organisasi Massa (Ormas) Islam yang ada d Indonesia, NU memiliki indeks ideologi sangat rendah.

Ronald Seger Prabowo
Senin, 05 April 2021 | 09:09 WIB
Indeks Ideologi Organisasi GP Ansor Tertinggi di NU
Menteri Agama sekaligus Ketua umum pimpinan pusat Gerakan Pemuda Anshor Yaqut Cholil Qoumas. (Suara.com/Fakhri Hermansyah)

SuaraJawaTengah.id - Nahdlatul Ulama (NU) memiliki basis massa atau jamaah yang secara jumlah terbesar di Indonesia. Sementara di dalam NU, kader yang memiliki indeks ideologi tinggi adalah pada Barisan Ansor Serbaguna (Banser).

Namun, Rois Syuriah Pengurus Wilayah (PW) NU Jateng, Ubaidillah Shodaqoh menyebut diantara Organisasi Massa (Ormas) Islam yang ada d Indonesia, NU memiliki indeks ideologi sangat rendah.

Untuk itulah para pengurus NU harus mulai sadar untuk meningkatkan ideologi organisasi.

“Bahkan cenderung indeks ideologi ini tidak dimiliki para pengurus. Baik di tingkat tanfidziah, Gerakan Pemuda Ansor maupun badan otonom atau banom lainnya di Nahdlatul Ulama,” tegas Ubaidillah saat memberikan tausiah di Pelantikan dan Rapat Kerja MWC NU Kaliwungu di PP Aris Krajan Kulon Kaliwungu Minggu (4/4/2021) seperti dilansir AyoSemarang.com--jaringan Suara.com, Senin (5/4/2021).

Baca Juga:Tanpa Pengacara di Sidang, Gus Nur Bacakan Pleidoi Secara Virtual

“Mereka (GP Ansor) tidak dibayar, tapi siap berkorban untuk berjuang di NU dan membela Kiai dan Ulama NU,” imbuhnya.

Bahkan sejara jumlah, kader Banser ini jumlahnya sangat banyak. Yakni tercatat lebih dari delapan juta personel. Jumlah tersebut melebihi jumlah personel yang dimiliki oleh TNI dan Polri.

“Bahkan jika keduanya digabungkan, masih kalah banyak dengan personel Banser,” akunya.

Makanya, menjadi PR bagi pengurus NU untuk meningkatkan Ideologi Organisasi NU. Yakni dengan Pendidikan Kader Penggerak (PKPNU). Ulama harus berada didepan sebagai pencerah ideologi NU.

“Harus diberikan pemahaman tentang organisasi lain diluar NU,” katanya.

Baca Juga:Bom Bunuh Diri, NU: Kekerasan dan Teror Bukan Ajaran Agama

Peningkatan Ideologi ini menurutnya penting untuk menjaga tradisi dan ajaran NU yang selama ini ada di masyarakat. Terlebih dengan UU Omnibus Law yang telah disahkan. Menurutnya dengan UU tersebut nantinya pendidikan dari luar negeri bisa masuk ke Indonesia sebagai bagian dari investasi.

"Pendidikan sudah dianggap investasi ekonomi. Selain itu pendidikan dari luar negeri juga harus diantisipasi. Sebab tentu membawa pengaruh budaya asli dari negeri asalnya,” tambahnya.

Padahal NU selama ini mengajarkan pendidikan sebagai sebuah investasi masa depan. Yakni untuk mendalami ilmu agama dan kebaikan akhlak. “Bahkan guru-gurunya rela tidak mendapatkan gaji,” tandasnya.

Ketua Tanfidziyah MWC NU Kaliwungu, KH Mohamad Abbas mengatakan salah satu program kerja yang akan dilakukan NU Kaliwugu adalah peningkatan ideologi Ahli Sunnah Waljamaah. Yakni melalui Lembaga Dakwah (LD) NU dan Forum Bahtsul Masail.

“Kami akan adakan kajian-kajian ke-NU-an seperti kajian Kitab karya Imam Abu Hasan Al-Asy’ari, Imam Syafi’i dan sebagainya. Selain itu membentengi masyarakat dari gerakan radikal dengan pengajian dan aksi sosial,” imbuhnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini