Cegah Resiko Peradangan, Penderita Autoimun Disarankan Makan Secara Teratur

Penderita autoimun harus pintar menjaga pola makan, jika tidak akan terjadi peradangan

Budi Arista Romadhoni
Rabu, 21 Juli 2021 | 21:55 WIB
Cegah Resiko Peradangan, Penderita Autoimun Disarankan Makan Secara Teratur
Ilustrasi Penderita autoimun harus pintar menjaga pola makan, jika tidak akan terjadi peradangan. (Shutterstock)

SuaraJawaTengah.id - Penderita autoimun menjadi kelompok rentan terpapar Covid-19. Maka menjaga kondisi tubuh bagi penderita auto imun wajib dilakukan

Ketua Indonesia Asosiasi Ahli Gizi Olahraga Indonesia Dr. Rita Ramayulis, DCN, M.Kes mengatakan bahwa penderita autoimun punya pengaturan pola makan yang khusus untuk mengurangi gejala dan menurunkan risiko peradangan.

“Pasien autoimun harus makan secara rutin dalam porsi kecil, tidak boleh sekali-kali dalam porsi besar,” kata ahli gizi Dr. Rita Ramayulis, DCN, M.Kes dilansir dari  ANTARA di Jakarta, Rabu (21/7/2021).

“Pola makan yang tidak beraturan berefek pada kondisi insulin. Kadar insulin tidak boleh tinggi. Kalau insulin tinggi, maka akan terjadi peradangan dalam waktu 2 sampai 3 jam,” tambahnya.

Baca Juga:Khusus Penderita Hipotiroidisme, Ikuti Pola Makan Sehat Ini

Ilustrasi makanan sehat (pexels)
Ilustrasi makanan sehat (pexels)

Pada orang sehat yang memiliki imunitas baik, jika ada makanan yang tidak cocok maka sistem kekebalan tubuh bisa menoleransi masalah tersebut tanpa harus merusak sel-sel lain. Namun pada pasien autoimun, sistem imunitas malah menyerang jaringan tubuhnya sendiri.

“Penyakit ini tidak bisa mengenali zat-zat mana yang termasuk kawan dan lawan bagi tubuh, sehingga tidak boleh sembarang makanan diberikan,” ujar Rita.

Menurut Rita, penderita autoimun harus menghindari makanan-makanan tertentu yang dapat memicu sel imunitas bekerja lebih berat.

Rita menekankan bahwa pemberian diet untuk penderita autoimun harus dilakukan secara personal. Aturan dan pola makan antara satu pasien dengan pasien lainnya akan berbeda. Kondisi autoimun sangat sensitif dan tidak bisa disamaratakan.

“Ini kita bicara hanya pada umumnya saja. Kalau secara personal, tidak bisa. Harus konsultasi,” katanya.

Baca Juga:Bantu Redakan Efek Samping Vaksin Covid-19, Coba Konsumsi 5 Asupan Berikut

Pada dasarnya, tubuh akan menyimpan kelebihan energi sebagai lemak saat mengonsumsi makanan berkalori tinggi. Saat lemak di dalam tubuh seorang autoimun meningkat, maka akan memberikan sinyal negatif pada sistem metabolik.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini