SuaraJawaTengah.id - Nusakambangan mempunyai kesan yang menyeramkan. Menjadi penjara dan tempat eksekusi narapidana hukuman mati, pulau tersebut pastinya akan terdengar menakutkan.
Pulau Nusakambangan atau yang dikenal sebagai Pulau Bui atau Pulau Penjara ini memang memiliki kesan seram serta angkernya tersendiri bagi siapa saja yang mendengarnya.
Penjara Nusakambangan ini mendapatkan julukan Alcatraz ala Indonesia.
Pulau dengan beberapa lapas yang terdapat di dalamnya mulai dari lapas untuk teroris, pengedar narkoba, pencuri kelas kakap, dan yang lainnya. Di Pulau ini juga merupakan tempat terjadinya eksekusi mati bagi para narapidana yang kejahatannya tidak terampuni.
Baca Juga:295 Napi di Nusakambangan Positif Covid-19
Jadi tidak heran jika Pulau Nusakambangan ini dijuluki sebagai Pulau Bui atau Pulau Penjara dengan kesan seram dan angker.
Namun ternyata, Pulau Nusakambangan ini sebenarnya memang sudah angker bahkan sebelum didirikannya lapas di sana.
Hal tersebut diungkapkan oleh Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara (Lokantara), Dr Purwadi MHum. Dulunya, pulau ini bernama Nusa Kambana.
Melansir dari Kagama.co, Purwadi mengungkapkan bahwa dalam pewayangan, Nusa Kambana ini digambarkan begitu wingit dan seram. Di dalam pulau itu juga terdapat Ibu Kota makhluk halus yang membawahi seluruh wilayah di Tanah Jawa dengan Bethari Durga yang bergelar Sang Hyang Pramoni lah yang menjadi penguasa di sana.
Bethari Durga mendiami istana Watu Masigid. Sebuah istana yang mewah dengan bahan serbaemas. Selain indah akan kemewahannya, istana ini juga terlihat istimewa dengan adanya sekar (bunga) Wijaya Kusuma yang tumbuh di sana. Bunga inilah yang sampai sekarang dijadikan sebagai simbol Kota Cilacap.
Baca Juga:Duh! Ratusan Penghuni Lapas Nusakambangan Terkonfirmasi Positif Covid-19
Lalu bagaimana ceritanya Pulau Nusakambangan ini bisa memiliki lapas dengan para tahanan kelas kakap di dalamnya dan akhirnya mendapat julukan sebagai Pulau Bui hingga saat ini?
Dilansir dari izystay.com, menurut sejarahnya, Nusakambangan dijuluki sebagai Pulau Penjara ini dimulai sejak masa penjajahan Belanda di Indonesia.
Diawali pada tahun 1739, Kapal VOC tersesat di Samudera Hindia dan terdampar di sebuah teluk yang berada di Pangandaran. Setelah mengitari pulau tersebut, Paulusz merasa Pulau Nusakambangan ini cocok untuk dibangun pelabuhan.
Kemudian, pada tahun 1836 VOC membangun sebuah Benteng yang diberi nama Benteng Karang Bolong. Benteng ini merupakan salah satu sistem pertahanan Nusakambangan dengan tujuan untuk memantau kedatangan dan ancaman dari pihak bajak laut.
Wabah Malaria
Namun karena adanya wabah malaria inilah, membuat pembangunan benteng tersebut tersendat dan menyerang 80 persen tenaga kerja yang terlibat dalam pembangunan benteng tersebut.
Dikarenakan wabah malaria ini, kemudian pembangunan benteng diputuskan untuk dikerjakan dengan tenaga narapidana. Untuk itu, dibangunlah penjara dari bambu di sekitar Benteng Karang Bolong dengan kapasitas hingga 300 narapidana.
Pada tahun 1908, Nusakambangan resmi ditetapkan sebagai Poelaoe Boei atau Pulau Bui oleh Pemerintah Hindia Belanda. Setelah penetapan itu, kemudian dibangunlah Penjara Permisan di sebelah selatan Pulau Nusakambangan.
Penjara dengan daya tampung hingga 700 orang. Tidak hanya sebagai tahanan di penjara, tenaga napi itu juga dimanfaatkan untuk pembukaan ladang karet di pulau ini.
Kemudian pada 1912, dibangunlah dua penjara sekaligus yaitu Penjara Karang Anyar dan Penjara Nirbaya yang masing-masing mampu menampung hingga 750 tahanan.
Selanjutnya pada 1924, dibangunlah Penjara Batu. Pada 1927, dibangun Penjara Besi dan dilanjutkan dengan pembangunan Penjara Gliger dan Penjara Karang Tengah pada 1928.
Kemudian, penjara yang terakhir dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda adalah Penjara Limus Buntu pada 1935.
Kini, Penjara Nusakambangan tidak hanya menjadi tempat mendekamnya para tahanan melainkan jadi tempat eksekusi mati narapidana kelas kakap.
Pelaku Bom Bali, Amrozi serta Mukhlas dieksekusi di sana. Begitu pula dengan gembong narkoba Kelompok Bali Nine yang berasal dari Australia, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran juga dieksekusi di sana.
Penjara dengan tingkat keamanan yang tinggi ini menjadikan Penjara Nusakambangan menjadi “rumah” para tahanan dengan tingkat kejahatan yang tinggi pula.
Itulah sejarah dari Pulau Nusakambangan yang sering dikenal sebagai Pulau Penjara. Pulau dengan penjara berkeamanan tinggi di dalamnya menjadikan pulau ini memiliki kesan menyeramkan di benak masyarakat.