SuaraJawaTengah.id - Vaksinasi terus gencar dilakukan oleh negara-negara di seluruh dunia. Setiap negara pun melakukan penelitian untuk memilih vaksin yang paling ampuh menahan ganasnya virus Corona atau Covid-19.
Dilansir dari Himedik.com, penelitian terbaru kembali menemukan suntikan pertama vaksin Pfizer yang diikutin vaksin AstraZeneca bisa menghasilkan tingkat antibodi penetral 6 kali lebih tinggi, dibandingkan seseorang hanya menerima satu dosis vaksin Covid-19 saja.
Penelitian di Korea Selatan, yang melibatkan 499 pekerja medis, menemukan bahwa suntik vaksin Covid-19 campuran telah terbukti menunjukkan jumlah antibodi penetral yang sama pada kelompok yang menerima dua dosis vaksin Pfizer.
Sebanyak 100 peserta menerima suntikan vaksin Covid-10 campuran, 200 orang mendapat dua dosis vaksin Pfizer dan sisanya mendapatkan dua dosis vaksin AstraZeneca.
Baca Juga:Fokus Akselerasi, 63 juta Dosis Vaksin Covid-19 Sudah Disuntikkan Hingga Juli 2021
Data tersebut memberikan dukungan atas keputusan beberapa negara untuk menawarkan alternatif ke AstraZeneca sebagai suntikan kedua, setelah vaksin Covid-19 ini dikaitkan dengan pembekuan darah langka.
Sebuah penelitian di Inggris, menemukan bahwa suntikan vaksin AstraZeneca diikuti dengan suntikan vaksin Pfizer akan menghasilkan respons sel T yang lebih baik dan respons antibodi yang tinggi, dibandingkan suntik vaksin Pfizer dan diikuti vaksin AstraZeneca.
Penelitian ini salah satu dari banyak penelitian yang menemukan bahwa mencampur dua jenis vaksin Covid-19 membantu menciptakan respons imun yang kuat dan terkadang melebihi dua dosis vaksin yang sama.
Beberapa negara termasuk Bahrain, Bhutan, Kanada, Italia dan Korea Selatan juga mulai mencampur dua jenis vaksin Covid-19 sebagai bagian dari kebijakan mereka.
Kesehatan Masyarakat Inggris mengizinkan praktik tersebut pada bulan Januari 2021, ketika persediaan vaksin Covid-19 terbatas. Karena, varian Delta virus corona Covid-19 yang sangat menular menjadi praktik umum untuk mencampur dua jenis vaksin Covid-19 dalam upaya untuk meningkatkan dorongan inokulasi.
Baca Juga:Warga Makassar Membludak Berdesak-desakan Antre Vaksin
Pada Maret 2021, beberapa negara menghentikan perjalanan vaksin Covid-19 mereka di tengah kekhawatiran pembekuan darah yang sangat langka terkait dengan vaksin Oxford-AstraZeneca.
Akibatnya, petugas kesehatan di beberapa negara diberi wewenang untuk memberikan vaksin Covid-19 dari jenis berbeda untuk suntikan kedua, terutama mereka yang menerima suntikan pertama dari vaksin AstraZeneca.
Dokter Gloria Taliani, profesor penyakit menular di Sapienza University of Rome, mengatakan mencampur dua jenis vaksin Covid-19 berbeda telah menjadi hal biasa ketika mengobati penyakit serius sejak dahulu.
"Kami telah mencoba menggunakan dua jenis vaksin yang berbeda untuk mengobati penyakit lain dahulu kala. Tidak ada alasan biologis kalau vaksin yang menggunakan stimulus berbeda pada sistem kekebalan bisa berbahaya bagi siapa pun," jelas Dokter Gloria Taliani dikutip dari Express.
Uji coba Com-COV, yang dipimpin oleh University of Oxford, sebelumnya telah menyelidiki kemanjuran dua dosis vaksin AstraZeneca, vaksin Pfizer dan campuran dari keduanya.
Hasil penelitian menunjukkan seseorang memiliki respons kekebalan yang lebih kuat terhadap virus corona Covid-19 setelah suntikan dua dosis vaksin yang berbeda.
Hal ini menunjukkan bahwa suntikan vaksin AstraZeneca diikuti oleh vaksin Pfizer mampu menginduksi respons antibodi dan sel T yang lebih tinggi dibandingkan suntikan vaksin Covid-19 diberikan dalam urutan yang berlawanan.
Sel T merangsang produksi antibodi dan membantu memerangi sel yang terinfeksi virus. Studi ini juga menyimpulkan bahwa dua suntikan vaksin Pfizer menghasilkan tingkat antibodi tinggi.
Matthew Snape, profesor Oxford di balik uji coba, mengatakan temuan itu dapat digunakan untuk memberikan fleksibilitas pada peluncuran vaksin Covid-19.