Berhasil Kuasai Afghanistan, Jusuf Kalla: Taliban Tidak Seperti yang Dulu

Jusuf Kalla blak-blakan menyebut Taliban yang menguasai Afghanistan tak seperti yang dulu

Budi Arista Romadhoni
Senin, 16 Agustus 2021 | 15:39 WIB
Berhasil Kuasai Afghanistan, Jusuf Kalla: Taliban Tidak Seperti yang Dulu
Taliban berhasil menguasai kembali Afganistan. [DW Indonesia]

SuaraJawaTengah.id - Kelompok Taliban dikabarkan telah menguasai Afghanistan. Kabar tersebut tentu saja membuat geger dunia. 

Negara yang memiliki hubungan baik dengan Afghanistan langsung berbondong-bondang menevakuasi warganya. 

Diketahui kelompok Taliban saat ini berhasil menduduki istana presiden Afghanistan di Kabul.

Menyadur dari Hops.id, Presiden pemerintah resmi Afghanistan, Ashraf Ghani telah lebih dulu meninggalkan Ibu Kota pada Minggu, 15 Agustus 2021 kemarin, dengan alasan untuk menghindari pertumpahan darah.

Baca Juga:Taliban Kembali Kuasai Afganistan, Jerman Kirim Pesawat Evakuasi Warganya

JK Tanggapi Afhganistan

Mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla berharap agar Taliban bisa bersikap jauh lebih baik dari sebelumnya.

Dia menjelaskan, Taliban akan jauh lebih moderat dibanding dengan beberapa dekade silam. Makanya Jusuf Kalla optimis, Afghanistan tidak akan jatuh dalam pertumpahan daran dan perang saudara.

Pria yang akrab dipanggil ‘JK’ ini pun bakal mengapresiasi apabila kekuasaan bisa berpindah secara damai tanpa adanya korban.

“Saya harapkan Taliban tidak seperti yang dulu, saya apresiasi transfer kekuasaannya secara damai,” ujar JK Senin (16/8/2021). 

Baca Juga:Pemerintah Afghanistan yang Didukung Amerika Tumbang, Anggota Kongres AS Marah

“Baik Taliban maupun pemerintah Afghanistan sama-sama meyakini bahwa mereka bersaudara dan tidak akan memerangi negara yang sudah ditinggalkan oleh Amerika Serikat,” sambungnya.

Pria yang pernah menjabat sebagai Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI ini juga mamaparkan dia sempat mewakili Pemerintah RI beberapa kali terlibat dalam perundingan dan berbicara langsung dengan Presiden Ghani, serta para petinggi Taliban.

Bahkan perwakilan Afghanistan dan pemimpin politik Taliban, secara bergantian diundang makan di kediaman dinas Wakil Presiden RI di Menteng, Jakarta Pusat.

 “Saya kenal baik dengan Presiden Ashraf Ghani dan Kepala Kantor Politik Taliban Mullah Abdul Gani Baradar. Akhir Desember tahun lalu, saya bertemu Presiden Ghani di Kabul. Sedangkan Januari 2021 lalu saya bertemu Mullah Baradar di Doha, Qatar. Mereka akan berupaya menyelesaikan secara damai konflik di Afghanistan yang sudah berjalan hampir 30 tahun,” tutur Jusuf Kalla.

Lebih lanjut Jusuf Kalla mengimbau kepada pemerintah Afghanistan nantinya agar tetap bersifat terbuka dengan negara-negara lain dan menjalin kerjasama ekonomi.

Terlebih, pihaknya sudah menyampaikan tidak akan mengusik kantor-kantor kedutaan besar negara asing di Afghanistan, apalagi Kedubes RI.

JK menambahkan kini dunia menantikan masa depan Afghanistan setelah Taliban berkuasa.

Dia lantas mengklaim Indonesia punya peran penting di Afghanistan dalam menjajaki perdamaian kemarin, sehingga pemerintah RI juga harus mendukung upaya damai sekarang saat Taliban memimpin Afghanistan, pasca penarikan tentara asing akhir bulan agustus ini.

“Saya harapkan Afghanistan terbuka dengan kerja sama dengan negara-negara lain yang tidak punya kepentingan politik, tetapi kerjasama perekonomian,” imbuhnya.

Salah satu militan Taliban di Afghanistan [foto: Antara]
Salah satu militan Taliban di Afghanistan [foto: Antara]

Dampak ngeri Taliban kuasai Afghanistan

Kelompok pemberontak Taliban hingga kini terus melancarkan serangan dan menguasai wilayah di Afghanistan. Setelah militer Pemerintah AS dan NATO memilih untuk meninggalkan wilayah tersebut, kini kota kedua terbesar di Afghanistan, Kandahar, sukses dikuasai Taliban.

Terkait hal ini, Guru Besar Hubungan Universitas Pelita Harapan (UPH) Aleksius Jemadu mengurai 3 dampak ngeri jika Taliban berhasil gulingkan Pemerintahan Afghanistan di bawah kendali Presiden Ashraf Ghani.

Menurut dia, pertama adalah soal kestabilan regional di kawasan itu. Mengapa, karena akan memaksa negara-negara sekitar untuk memilih siapa, apakah harus mendukung Pemerintahan Afghanistan di bawah Presiden Ashraf, atau justru mendukung Taliban.

“Jadi ini akan menimbulkan kestabilan regional. Selain itu, akan ada krisis kemanusiaan, bakal ada ribuan pengungsi terutama perempuan dan anak-anak yang akan menderita karena konflik ini,” kata dia dikutip Senin 16 Agustus 2021.

Aleksius Jemadu juga bisa menebak jika situasi di Afghanistan bakal chaos ke depan usai masuknya Taliban. Kekerasan bakal terjadi di mana-mana, terutama terhadap warga sipil. Dan ini tentu akan menimbulkan gelombang pengungsian luar biasa.

“Dampak ketiga, ini terkait penularan covid di tengah pandemi. Afghanistan bisa jadi epicentrum. Dan siapa yang mau mengobati kalau rakyatnya sudah panik, dan Pemerintahannya meninggalkan Afghanistan?” katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini