Diburu Belanda, Sudirman Tetap Pertahankan Kemerdekaan Indonesia dari Para Penjajah

Jenderal Sudirman turut serta mempertahankan Kemerdekaan Indonesia dari para penjajah Belanda

Budi Arista Romadhoni
Selasa, 17 Agustus 2021 | 17:34 WIB
Diburu Belanda, Sudirman Tetap Pertahankan Kemerdekaan Indonesia dari Para Penjajah
Pasukan TNI melakukan parade Jenderal Sudirman, di Dermaga Indah Kiat, Merak, Banten, Selasa (3/9)

SuaraJawaTengah.id - Indonesia berhasil merebut kemerdekaan dari tangan penjajah. Hal itu tentu saja atas peran dari para pahlawan-pahlawan kita. 

Namun demikian, usai menyatakan diri kemerdekaan Indonesia melalui Proklamasi. Ada saja gangguan dari penjajah yang ingin merebut tanah air. 

Tentu saja, para tentara dan pejuang Indonesia tak pernah ingin menyerahkan kemerdekaan kepada para penjajah. Hingga akhirnya terjadi agresi I, dan memindahkan ibukota ke Yogyakarta. 

Menyadur dari Riauonline.co.id suasana Yogyakarta Minggu pagi, 19 Desember 1948, di sepanjang jalan protokol masih lengang. Hanya beberapa warga dan penduduk sekitar yang berlalu lalang untuk berdagang di Pasar Beringharjo.

Baca Juga:Mengulik Kisah dan Perjuangan 3 Raja Keraton Kasunanan Surakarta dalam Kemerdekaan RI

Minggu menjadi hari pelepas penat bagi anggota Kompi I dan II dari Markas Besar Polisi Tentara (MBPT) yang bertugas mengawal Jenderal Soedirman. Lantaran hari tersebut merupakan pelaksanaan gencatan senjata antara Pasukan RI dan Belanda.

Mantan Ajudan II Panglima Besar Jenderal Sudirman, Mayor (Purn) Pendeta Abu Arifin, mengatakan saat itu, anggota kompi beristirahat di kediaman Jenderal Sudirman, di Jalan Bintaran Timur Nomor 8. Sementara itu, Sudirman tengah berbaring lemah di tempat tidur ditemani sang istri dan orang-orang terdekatnya. Sang Jenderal Besar harus mendapat perawatan intensif oleh dokter pribadinya, Mayor Suwondo, karena kondisinya yang lemah.

Kediaman pagi Yogyakarta kemudian dikagetkan oleh sebuah pesawat bomber dan pemburu 'cocor merah' milik pasukan Belanda yang melintas dan menembaki beberapa bangunan secara membabi buta. Saat itu sekita pukul 06.00 WIB, ada kabar bahwa pasukan TNI tengah melakukan latihan perang di lapangan Maguwo. Tapi ternyata, Belanda yang menerjunkan pasukannya di Maguwo.

"Setelah itu pesawat perang Belanda melintas dan menembak membabi buta hingga menyebabkan pabrik peniti, yang dikira markas tentara, di Lempuyangan hancur," tutur Abu, Kamis, (2/8/2017).

Komandan Kompi I Kapten Cokropranolo kemudian melaporkan peristiwa itu serangan Belanda. Laporan tersebut membuat Sudirman berusaha bangkit. Padahal saat itu, ia baru saja selesai operasi yang dilakukan Profesor Asikin di Rumah Sakit Panti Winoto yang berada di dalam keraton.

Baca Juga:Daftar 5 Negara Pertama yang Mengakui Kemerdekaan Indonesia

Patung Jenderal Sudirman di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat. (Antara)
Patung Jenderal Sudirman di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat. (Antara)

Keadaan genting itu, membuat Jenderal Sudirman mengambil langkah untuk menentukan keputusan strategis. Abu menuturkan, akhirnya saat itu Jenderal Suirman mengutus ajudan I Supardjo Rustam untuk melaporkannya ke Istana Presiden yang berada kurang lebih 1 kilometer dari rumah Jenderal Sudirman.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini