Kisah Pilu Disabilitas Terdampak Covid-19 di Magelang, Jual Mesin Jahit untuk Makan

Penyandang disabilitas ini biasa menerima order menjahit kaos untuk souvenir di kawasan Candi Borobudur.

Ronald Seger Prabowo
Kamis, 02 September 2021 | 11:37 WIB
Kisah Pilu Disabilitas Terdampak Covid-19 di Magelang, Jual Mesin Jahit untuk Makan
Nur Hidayat menyelesaikan pesanan jahitan di konveksi miliknya di Desa Rambeanak, Kabupaten Magelang. [Suara.com/ Angga Haksoro Ardi]

Kaki kanan Nur Hidayat tidak berkembang sempurna sejak kecil. Sempat mengenyam pendidikan hingga STM di sekolah formal, dia mendapat kesempatan kursus keterampilan di BBRSPDF Soeharso yang sering disebut juga Rehabilitasi Centrum (RC) Solo.

Sempat berpindah-pindah kerja di perusahaan garmen dan konveksi di Yogyakarta, Semarang, dan Solo, sekitar tahun 2013 Nur Hidayat memutuskan menetap di Magelang.

Sebelum memiliki usaha sendiri, Nur Hidayat pernah menjadi penjahit panggilan di sejumlah konveksi. Mengendarai sepeda ontel, dia berpindah-pindah menjahit di konveksi sekitaran Candi Pawon, Dagi, Ngaran Ngisor, dan Bumirejo.

“Dulu disini penjahit masih jarang. Pertama kali dikenalkan sama juragan, saya dibawa temen. Juragan awalnya bilang gini, ‘kok bawa temen kayak gitu. Apa bisa jahit kondisinya kayak gitu’," paparnya.

Baca Juga:LBH Medan Buka Posko Pengaduan Pelanggaran HAM Covid-19 di Sumut

Nur Hidayat kemudian meminta bahan dan langsung mempraktikan keahliannya menjahit. Hasilnya satu kaos selesai dijahit dalam waktu kurang dari setengah jam.

“Dia kaget. Besoknya ada kerjaan, saya dipanggil dapat 30 kaos selesai setengah hari. Dia lebih kaget lagi ‘kok bisa top skor sekali. Dulu saya punya tenaga 3, kaos 20 saja nggak jadi. Kok ini bisa jadi’. Disitu saya jadi andalan. Tiap ada kerjaan nunggu saya,” kata Nur Hidayat.

Sejak saat itu nasib Nur Hidayat berubah. Dia mendapat pinjaman mesin jahit dari sang juragan untuk membuka usaha konveksi sendiri di rumah.

Dari hasil menabung, 4 mesin jahit itu kemudian bisa dibelinya seharga Rp 12 juta. Tapi karena orderan berkurang selama pandemi, 1 mesin jahit terpaksa dijual untuk membiayai kebutuhan hidup sehari-hari.

“Kaos kan sudah ajeg tiap seminggu sekali. Yang tadinya kita ngerjain dari kaos Borobudur satu pesenan itu rame. Sekarang blas, malah person saja hanya beberapa saja yang masuk," tegas dia.

Baca Juga:Ayah Vicky Prasetyo Meninggal Dunia Pasca Terpapar Virus Covid-19

Saat ini Nur Hidayat hanya menggantungkan pemasukan dari menjahit perorangan yang ongkosnya hanya cukup untuk makan sehari-hari. Dia bahkan belum tahu nasibnya kedepan jika nantinya wisata Borobudur kembali dibuka.   

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak