SuaraJawaTengah.id - Warga Desa Wadas, Kecamatan Bener, keberatan dengan patroli rutin personel Polres Purworejo di kampung mereka. Patroli dilakukan oleh belasan personel bersenjata lengkap.
Warga Desa Wadas, Anwar Fajar menjelaskan selama bulan September sudah 3 kali rombongan polisi berpatroli ke wilayah desa. Belasan polisi tersebut mengendarai motor dan menenteng senjata laras panjang.
“Mereka datang bergerombol dengan membawa senjata laras panjang. Ya semacam menakut-nakuti warga. Seperti mau menangkap teroris,” kata Fajar saat dihubungi, Rabu (22/9/2021) malam.
Pada patroli tanggal 20 September kemarin, warga sempat menanyai polisi soal alasan mengadakan patroli di Desa Wadas. “Bilangnya ya patroli saja. Tujuan dan sasarannya apa, tidak jelas,” ujar Fajar.
Baca Juga:Diduga Membuat Keterangan Palsu saat Sidang, Warga Desa Wadas Bakal Laporkan Saksi Ganjar
Terakhir rombongan polisi berpatroli ke Desa Wadas pada 22 September 2021, pukul 10.30 WIB. Polisi sempat mengambil foto sejumlah banner dan mural berisi penolakan tambang batu.
Alasan polisi melakukan patroli kali ini adalah membagikan masker kepada warga Desa Wadas. Tapi setelah keluar dari Desa Wadas, polisi langsung pulang dan tidak membagikan masker ke warga desa lainnya.
“Katanya membagikan masker. Tapi kok hanya ke beberapa warga. Mereka sempat mengambil foto banner dan mural yang sempat kami buat beberapa waktu lalu.”
Warga menilai jika alasan patroli dalam rangka membagikan masker, lebih efektif dan elok jika diserahkan kepada perangkat desa.
Patroli belasan polisi bersenjata lengkap di Desa Wadas selain menimbulkan pertanyaan juga membuat warga was-was. Terutama kaum ibu dan anak-anak yang masih khawatir terulangnya bentrokan warga dengan polisi pada 23 April 2021.
Baca Juga:Gugatan Warga Wadas ke Ganjar Pranowo Mulai Disidangkan, Buntut Kasus Izin Bendungan Bener
“Kami berharap polisi tidak menakuti dan mengintimidasi warga. Tugas polisi mengayomi dan melindungi warga, bukan menakuti,” kata Fajar.
Sebagai kilas balik, pada 23 April 2021, sekitar pukul 11.00 WIB, puluhan polisi dan TNI mendatangi Desa Wadas untuk menjaga sosialisasi pemasangan patok lokasi penambangan batu.
Warga yang sudah mengetahui rencana tersebut menghadang dengan cara merobohkan beberapa pohon dan melakukan aksi duduk di jalan. Polisi memaksa masuk serta membuka jalan menggunakan gergaji mesin.
Sekitar pukul 11.30 terjadi bentrokan. Warga dan beberapa mahasiswa yang bersolidaritas ditangkap paksa. Aparat juga memukul warga termasuk ibu-ibu yang sedang bersholawat di barisan paling depan.
Berdasarkan SK Gubernur Jateng Nomor 509/41/2018, Desa Wadas ditetapkan sebagai lokasi penambangan batuan andesit material pembangunan proyek Bendungan Bener Purworejo.
Penambangan akan menempati lahan seluas 145 hektare ditambah 8,64 hektare lahan untuk akses jalan menuju proyek. Penambangan akan dilakukan menggunakan metode blasting (peledak) yang diperkirakan menghabiskan 5.300 ton dinamit.
Warga menolak penambangan karena mengancam keberadaan 27 sumber mata air di Desa Wadas yang berarti juga berpotensi merusak lahan pertanian warga.
Bendungan Bener Purworejo adalah proyek strategis nasional yang menempati wilayah 3 Kecamatan Bener, Kepil, dan Gebang di Kabupaten Porworejo dan Wonosobo.
Sebanyak 10 desa diperkirakan terdampak pembangunan bendungan ini antara lain Desa Guntur, Nglaris, Limbangan, Karangsari, Kedung Loteng, Wadas, Bener, Kemiri, Burat, dan Gadingrejo.
Kapolres Purworejo, AKBP Rizal Marito saat itu menyebut bentrokan antara warga dan polisi di Desa Wadas dipicu provokasi masyarakat dari luar daerah.
Kontributor : Angga Haksoro Ardi