"Hal itu terlihat pada pemilu tahun 1955, PKI paling tinggi angkanya jika dibandingkan dengan PNI dan NU. Hampir di semua lokasi pemilihan di Semarang PKI menang," ucapnya.
Kuatnya basis massa PKI di Semarang tak terlepas dari pengaruh Semaun. Sejak partai itu berdiri, langsung menjadi sorotan pemerintah Hindia Belanda pada waktu itu.
"Semaun kan sebenarnya sudah mempunyai basis massa yang banyak di Serikat Islam (SI). Apalgi satu tahun sebelum dia mendirikan PKI di Semarang, dia juga jadi ketua SI di Semarang," paparnya.
Wajar saja jika hanya berjarak satu tahun, Semaun bisa menambah jumlah anggota hingga puluhan ribu. Tak lama kemudian Semaun digantikan Tan Malaka karena dia berangkat ke Uni Soviet untuk menghadiri kongres.
Baca Juga:Sandiaga Uno Diprediksi Berpeluang Besar Maju Calon Presiden Pemilu 2024
"Sebenarnya PKI pada waktu itu mengalami pasang surut karena beberapa kali berbenturan dengan pemerintah karena terlibat dalam aksi mogok buruh," ucapnya.
Dukungan PKI terhadap pemogokan buruh itu juga harus dibayar mahal, karena Tan Malak akhirnya diusir oleh Pemerintahan Hindia Belanda pada waktu itu.
"Namun pada 1923 Semaun juga ditahan karena pemogokan buruh kereta api. Setelah ditahan, Semaun diusir dan menetap di Amsterdam," paparnya.
Selanjutnya, Partai PKI dipimpin DN Aidit hingga terjadi malam kelam tanggal30 September 1965 atau dini hari tanggal 1 Oktober 1965 yang lebih dikenal dengan Gerakan September Tiga Puluh (Gestapu) atau
Gerakan Satu Oktober (Gestok) atau G 30 S/ PKI.
Denga terjadinya peristiwa tersebut, maka berakhir pula sepak terjang Partai Komunis di Indonesia.
Baca Juga:Ada Fast Furious 9, Ini Jadwal Film yang Sedang Tayang di Bioskop Kota Semarang
Kontributor : Dafi Yusuf