Hal itulah yang membuat SI yang dipimpin Semaun itu dijiluki sebagai SI Merah. Namun, tak lama kemudian Semaun digantikan oleh Tan Malaka karena dia berangkat ke Uni Soviet untuk menghadiri kongres.
Menurut Tsabit, pada Mei 1922 Semaun dikabarkan kembali ke Hindia Belanda (Indonesia) dari Uni Soviet. Saat kembali ke Hindia Belanda kondisi Partai PKI tak begitu baik karena keterlibatan Partai PKI mendukung aksi pemogokan serikat buruh.
Dukungan PKI terhadap pemogokan buruh itu juga harus dibayar mahal, karena Tan Malak akhirnya diusir oleh Pemerintahan Hindia Belanda pada waktu itu.
"Namun pada 1923 Semaun juga ditahan karena pemogokan buruh kereta api. Setelah ditahan, dimaun diusir dan menetap di Amsterdam," paparnya.
Baca Juga:Sejarah Hari Kesaktian Pancasila dan Maknanya bagi Bangsa Indonesia
Di Belanda, Semaun menjalin hubungan dengan Perhimpunan Indonesia yang merupakan salah satu organisasi mahasiwa Indonesia di Belanda pada waktu itu.
Pada November 1926 dan Januari 1927 pemberontakan PKI di Jawa dan Sumatera pecah. Banyak orang PKI yang dibuang ke Digul, beberapa juga berhasil kabur ke Uni Soviet.
Menurutnya, di Eropa Timur Semaun dan teman-temannya mulai mengkampanyekan kemerdekaan Indonesia. Terbukti beberapa negara Eropa Timur seperti Ukraina menjadi salah satu negara yang mendukung kemerdekaan Indonesia.
"Jadi selain bangsa Arab, sebenarnya negara Eropa Timur juga mendukung kemerdakaan Indonesia ketika awal-awal dikampanyekan," ucapnya.
Kontributor : Dafi Yusuf
Baca Juga:Mbah Min dan Unjuk Rasa PKI di Perkebunan Djengkol