Dugaan Pengaturan Skor Terjadi di Kompetisi Liga 2, Lalu di Mana Satgas Mafia Bola?

Setiap pertandingan resmi PSSI selalu ada satgas mafia bola, namun ternyata tetap ada praktik pengaturan skor

Budi Arista Romadhoni
Jum'at, 29 Oktober 2021 | 18:13 WIB
Dugaan Pengaturan Skor Terjadi di Kompetisi Liga 2, Lalu di Mana Satgas Mafia Bola?
Ilustrasi bola dan gawang. Setiap pertandingan resmi PSSI selalu ada satgas mafia bola, namun ternyata tetap ada praktik pengaturan skor. (Shutterstock)

SuaraJawaTengah.id - Dugaan pengaturan skor terjadi di kompetisi Liga 2 2021. Hal itu tentu saja mencoreng profesionalisme penyelanggara kompetisi dan PSSI

Padahal, saat ini sudah ada Satgas Anti Mafia Bola di setiap pertandingan resmi PSSI. Lalu ke mana perginya satgas tersebut? 

Diketahui Satgas Anti Mafia Bola tersebut berada di bawah Polri yang berfungsi mencegah pengaturan skor dalam pertandingan sepak bola berbagai level.

Sebagaimana diketahui, manajemen Perserang Banten resmi melaporkan lima orang pemain dan pelatih kepala kepada PSSI setelah diduga terlibat pengaturan skor.

Baca Juga:Tamu VIP Masuk Ruang Ganti, Persija Dijatuhi Sanksi Komdis PSSI

Enam orang yang diduga terlibat dalam pengaturan skor langsung dicopot oleh manajemen secara tidak hormat. Mantan pelatih Perserang, Putut Widjanarko membantah dirinya terlibat dalam pengaturan skor.

Koordinator Save Our Soccer, Akmal Marhali, kepada Solopos.com, Jumat (29/10/2021), mengatakan kejadian pengaturan skor adalah hal yang memalukan di saat ada petugas berompi bertuliskan Satgas Anti Mafia Bola dalam Liga 1 dan Liga 2 Indonesia.

Padahal tugas Satgas Anti Mafia Bola berdasarkan surat perintah penyidikan (sprindik) yakni memetakan sejumlah laga yang terindikasi terjadi pengaturan skor, melakukan penyidikan, penyelidikan, serta penangkapan.

Menurutnya Satgas Anti Mafia Bola bekerja dalam diam, tidak gagah-gagahan, pamer rompi di lapangan seperti peragawan di atas catwalk.

“Menariknya di depan personel berompi itu selalu ada kasus blunder wasit yang didiamkan. Apa yang diungkap manajemen Perserang menampar wajah Satgas pimpinan Brigjen Hendro Pandowo. Saya mempertanyakan tugas di lapangan itu Satgas sesungguhnya atau hanya gimmick,” kata Akmal dilansir Solopos.com Jumat (29/10/2021).

Baca Juga:Dibungkam Australia, Timnas U-23 Jangan Kendur, Balas di Leg Kedua

Dibentuk Idham Aziz

Ia menambahkan secara fakta Satgas Anti Mafia Bola jilid III ini dibentuk saat Kapolri dijabat Idham Aziz lewat sprindik tanggal 1 Februari 2020 sampai enam bulan ke depan atau pada Agustus 2020.

Tugas Satgas Anti Mafia Bola jilid III ini sama dengan tugas jilid sebelumnya memonitor laga-laga sepak bola Indonesia yakni memetakan kasus-kasus dalam tahap satu, dua dan monitoring pertandingan Liga 1, 2, dan 3. Lalu juga mencegah terjadinya match fixing.

“Tetapi setelah Idham Azis diganti belum ada perpanjangan masa kerja Satgas menjadi Jilid IV yang sudah kedaluwarsa. Jadi siapa sesungguhnya para pria berompi Satgas di setiap pertandingan. Divisi Humas Polri harus menjelaskan agar citra Polri tak tercoreng,” imbuh dia.

Akmal mendorong pernyataaan manajemen Perserang terkait indikasi match fixing harus diusut tuntas dan dikembangkan.

Hal itu untuk memerangi pengaturan skor yang sudah menjadi penyakit kronis sepak bola nasional. Lalu momentum ini bisa menjadi pintu masuk untuk membongkar pengaturan skor sampai ke akar.

Baca Juga: Diduga Terlibat Pengaturan Skor, Pelatih dan 5 Pemain Perserang Dipecat 

“Jangan sampai kasus ini menguap begitu saja seperti sebelum-sebelumnya. Match fixing itu candu. Seperti narkoba, ada celah sedikit maka akan berulang. Ini pertaruhan untuk PSSI yang dipimpin mantan polisi,” kata dia.

Manajer Perserang, Babay Karnawi, mengatakan laporan kepada PSSI itu telah sesuai dengan yurisdiksi sepak bola. Laporan itu berdasarkan sejumlah informasi, pengakuan, dan barang bukti yang dimiliki manajemen Perserang.

Babay menambahkan pelaporan itu untuk meminta Badan Yudisial PSSI menindak tegas seluruh pihak-pihak yang terlibat dalam upaya pengaturan skor itu.

“Sebagai anggota, kami melaporkan agar PSSI melindungi klub, pemain, pelatih, dan ofisial Liga 2 dari praktik seperti ini. Tentunya dengan memperketat pengawasan dalam yurisdiksi sepakbola di Liga 2,” kata Jibay.

Menurutnya, indikasi pengaturan skor pertandingan ditemukan dalam sejumlah laga yang dijalani Perserang di Liga 2 musim ini. Dugaan praktik pengaturan skor pertandingan itu telah dilakukan oleh pihak luar dengan mengajak sejumlah pemain Perserang Serang.

“Beberapa orang telah menghubungi sejumlah pemain Perserang untuk membuat Perserang kalah dalam pertandingan melawan RANS Cilegon FC, Persekat Tegal dan Badak Lampung FC,” kata dia.

Pengakuan Pemain

Babay mengatakan berdasarkan bukti berupa pengakuan dari pemain dan pelatih, manajemen Perserang Serang melakukan tindakan tegas kepada lima orang pemain dan seorang pelatih kepala Perserang. Lima pemain yang dimaksud adalah EDS, FE, EJ, AS dan AIH. Sedangkan pelatih kepala berinisial PW.

“Dengan pertimbangan integritas dan etik, keenam orang itu diberhentikan secara tidak hormat dari Perserang,” kata Jibay itu.

Ia menambahkan kehilangan lima pemain Perserang merasa dirugikan untuk mengarungi lanjutan Liga 2 musim ini. Namun, Jibay menegaskan lebih menjunjung tinggi integritas sepak bola ketimbang mempertahankan penggawa yang merusak.

“Kondisi ini sangat merugikan Perserang, tapi kami tetap harus berani dan tidak menoleransi hal-hal yang merusak integritas sepak bola. Laporan ini untuk memberi efek jera kepada pihak-pihak yang ingin merusak integritas sepakbola,” kata dia.

Ia mengucapkan terima kasih kepada pemain, ofisial Perserang, dan pendukung yang turut serta memerangi hal-hal yang merusak integritas sepak bola.

Jibay mewakili seluruh manajemen Perserang mengajak seluruh elemen suporter dan masyarakat Serang untuk mendukung Perserang dan menjadikan kejadian itu sebagai titik awal kebangkitan.

“Kami memohon doa dan dukungan kepada seluruh masyarakat Serang agar Perserang bisa meraih hasil sesuai harapan dalam lanjutan Liga 2 musim ini,” pungkas Jibay.

Pernyataan Manajer Tim Perserang itu langsung dibantah Putut Widjanarko. Mantan Pelatih Perserang, Putut Widjanarko, meninggalkan Perserang Serang dengan alasan performa buruk tim selama mengarungi Liga 2.

Putut mengatakan tidak dipecat oleh Manajemen Perserang namun mengundurkan diri dari Perserang. Ia memastikan pengunduran diri itu tidak terkait dengan isu praktik pengaturan skor yang melibatkan lima pemain Perserang.

“Saya mundur karena hasil kurang maksimal di dua laga terakhir, bukan karena saya ikut dalam pengaturan skor,” kata dia.

Namun ia mengetahui tentang dugaan praktik pengaturan skor itu dilakukan oleh anak asuhnya itu. Informasi itu diperoleh sesaat sebelum pertandingan pada putaran pertama kontra Badak Lampung FC.

“Memang saya mendapat informasi ini (dugaan pengaturan skor) dari salah satu pemain. Tetapi info ini saya keep karena saya berpikir sebagai pelatih saat itu kami harus fokus lawan Badak Lampung dan tidak mau terjadi kericuhan dalam tim,” kata Putut.

Ia mengatakan ternyata sikapnya itu dianggap salah oleh manajemen. Putut dianggap menutupi hal buruk yang menimpa tim.

“Saya tahu info itu beberapa hari sebelum lawan Badak Lampung. Tetapi ternyata pemain sudah mulai bermain curang sejak lawan RANS Cilegon FC,” kata Putut dalam keterangannya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak