Selain mengesahkan RUU TPKS, kultur masyarakat yang cenderung menyalahkan korban pemerkosaan juga harus diubah. Alih-alih mendapat layanan hukum, korban malah disalahkan atas terjadinya kasus pemerkosaan.
Padahal bagi korban pemerkosaan, bersedia mengungkap kasus saja sudah membutuhkan keberanian yang besar.
“Kami berharap jika ada kasus serupa jangan menyalahkan korban. Jangan menghakimi. Jika kamu tidak bisa mendengarkan, lebih baik diam. Bagi korban untuk speak up saja itu butuh keberanian.”
Mahasiswa Universitas Brawijaya, Novia Widyasari, ditemukan tewas di dekat makam ayahnya, 2 Desember 2021. Diduga Novia bunuh diri akibat depresi karena dipaksa 2 kali melakukan aborsi oleh pacarnya selama 2020-2021.
Baca Juga:Temuan Komnas Perempuan: NWR Alami Kekerasan Seksual dari Pacar Sejak 2 Tahun Lalu
![Novia Widyasari Rahayu.[Twitter]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/12/06/36999-novia-widyasari-rahayutwitter.jpg)
Novia mengaku dipaksa mengonsumi obat-obatan dan jamu aborsi. Bripda Randy Bagus Hari Sasongko juga memaksa korban berhubungan seksual dengan tujuan menggugurkan kandungan.
Novia diketahui pernah melaporkan kasus dugaan eksploitasi seksual serta pemaksaan aborsi ke Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan).
Komnas Perempuan merujuk Novia agar mendapat layanan di Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Mojokerto. Novia sempat menjalani 2 sesi konseling pada bulan November, sebelum memutuskan bunuh diri.
Bripda Randy Bagus saat ini ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan di Markas Polda Jawa Timur. Randy dikenai sanksi etik dan Pasal 348 KUHP tentang aborsi dengan ancaman hukuman maksimal 5,5 tahun penjara.
“Sekarang dia (Novia) sudah meninggal. Harapan kami pelaku mendapat hukuman setimpal karena ada kejahatan pemaksaan aborsi dan pemerkosaan,” ujar Staf Divisi Advokasi, Dokumentasi dan Publikasi Sahabat Perempuan, Dian Prihatini.
Baca Juga:Marak Kasus Kekerasan Seksual, Komnas Perempuan Desak RUU PKS Disahkan
Kontributor : Angga Haksoro Ardi