Seperti kebiasaan penamaan tempat di Jawa, kawasan Kauman merujuk pada tempat tinggal para ulama atau pusat aktifitas ibadah Islam. Masjid Kauman sendiri dulu dikenal sebagai masjid jam’i atau masjid besar di Grabag.
Akhmad Syafii mengaku tidak mengetahui berapa persisnya usia dari Masjid Muqorrobien. “Saya kalau masalah usia masjid kok nggak tahu persis ya. Kalau 100 tahun mungkin lebih," paparnya.
Sayang setelah melalui 4 kali pemugaran dan renovasi, masjid ini sudah kehilangan bentuk aslinya. Satu-satunya peninggalan masjid kuno adalah ukiran kayu jati berhuruf Arab dan Jawa kuna yang diletakkan di atas pintu masuk utama.
Menurut Syafii, ukiran itu menunjukkan angka tahun berdirinya Masjid Kauman. Tapi hingga saat ini belum ada orang yang bisa menerjemahkan kalimat dalam ukiran kayu tersebut.
Baca Juga:Wow! Tunjukan Toleransi, Gereja di Magelang Gelar Misa Imlek 2573
“Itu menunjukkan tempat dan tanggal pembangunan masjid. Tapi ditulis pakai bahasa Jawa kuna. Orang sini nggak ada yang bisa mengartikan. Itu tanggal berdirinya masjid tapi nggak ada yang bisa baca,” ujar Syafii.
Kontributor : Angga Haksoro Ardi