Perajin Tahu dan Tempe Mogok, Pengamat Sebut Saatnya Kembangkan Kedelai Lokal

Kenaikan harga dan minimnya pasokan kedelai impor dari Amerika Serikat itu seharusnya bisa dimanfaatkan untuk pengembangan produksi dan kualitas kedelai lokal

Budi Arista Romadhoni
Kamis, 24 Februari 2022 | 06:00 WIB
Perajin Tahu dan Tempe Mogok, Pengamat Sebut Saatnya Kembangkan Kedelai Lokal
Pekerja mengolah kedelai untuk produksi tahu. [ANTARA]

SuaraJawaTengah.id - Beberapa hari terakhir digegerkan dengan mogoknya perajin tahu dan tempe. Hal itu disebabkan melambungnya harga kedelai impor dipasaran. 

Namun demikian, dari kenaikan harga dan minimnya pasokan kedelai impor dari Amerika Serikat itu seharusnya bisa dimanfaatkan untuk pengembangan produksi dan kualitas kedelai lokal.

Akademisi dari Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Dr. Purwanto mengingatkan perlunya meningkatkan produksi kedelai lokal sebagai upaya mitigasi untuk mengatasi kenaikan harga komoditas tersebut pada masa yang akan datang.

"Perlu peningkatan produksi untuk kedelai lokal dan perlunya perluasan produksi, ini merupakan salah satu upaya mitigasi yang efektif," kata Purwanto dikutip dari ANTARA di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Rabu (23/2/2022).

Baca Juga:Harga Kedelai Naik, Perajin Tahu di Kartasura Sukoharjo Pilih Kurangi Takaran dan Ukuran Tahu

Dosen jurusan agroteknologi Fakultas Pertanian Unsoed itu juga menambahkan bahwa terkait peningkatan produksi maka perlu adanya insentif bagi petani agar mau menanam kedelai.

"Petani perlu kepastian pasar dan harga yang layak. Selain itu petani juga perlu jaminan pasar dan harga agar mereka makin terdorong untuk menanam kedelai," katanya.

Selain itu, kata dia, para petani juga perlu dukungan teknologi terutama varietas unggul untuk bisa memacu dan peningkatan produksi kedelai.

Pekerja membersihkan kacang kedelai saat produksi tahu di salah satu pabrik tahu di kawasan Duren Tiga, Jakarta, Selasa (5/1/2021). [Suara.com/Angga Budhiyanto]
Pekerja membersihkan kacang kedelai saat produksi tahu di salah satu pabrik tahu di kawasan Duren Tiga, Jakarta, Selasa (5/1/2021). [Suara.com/Angga Budhiyanto]

Menurutnya, harga kedelai dapat dikendalikan jika stok tercukupi, baik ketersediaan kedelai impor maupun hasil produksi kedelai lokal.

"Dengan demikian, produksi kedelai impor ini memegang peranan penting karena jika ketersediaan kedelai produksi dalam negeri mampu memenuhi maka akan dapat berkontribusi positif pada penurunan harga," katanya.

Baca Juga:Rapor Buruk Pangadaan Bahan Pangan, Setelah Minyak Goreng Kini Kedelai Impor Mahal

Sementara itu, Purwanto juga menambahkan bahwa salah satu hal yang menjadi hambatan dalam produksi kedelai adalah persoalan lahan.

"Ketersediaan lahan menjadi salah satu hambatan produksi bagi para petani yang selama ini berupaya menanam kedelai. Selama ini banyak petani yang menanam kedelai pada lahan-lagan sawah bekas padi sehingga produksi masih rendah karena ada kemungkinan ancaman kekeringan," katanya.

Kendati demikian, hal tersebut menurutnya bisa diatasi dengan menggunakan bibit unggul dan berkualitas agar dapat menghasilkan varietas yang lebih tahan terhadap cuaca.

Sementara itu, pemerhati tanaman kedelai dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Ponendi menambahkan bahwa petani kedelai perlu menggunakan bibit unggul dan berkualitas guna meningkatkan produksi kedelai.

"Unggul di sini berarti varietas baru yang menjadikan produktivitasnya tinggi sementara berkualitas artinya adalah benih tersebut harus bersertifikat, daya tumbuhnya tinggi yakni 90 persen," katanya.

Dia juga menambahkan bahwa benih kedelai harus dipastikan tidak tersimpan terlalu lama di tempat penyimpanan.

"Artinya petani pada saat menanam sebaiknya menggunakan benih yang baru agar daya tumbuhnya tinggi," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini