Mengintip Proses Pembuatan Al-Quran Akbar di Wonosobo, Ditulis Manual Hingga Tahunan, Begini Kisahnya

Mereka menyebut kitab suci bagi umat islam yang berukuran besar ini dengan Al-Quran Akbar.

Budi Arista Romadhoni
Kamis, 14 April 2022 | 13:51 WIB
Mengintip Proses Pembuatan Al-Quran Akbar di Wonosobo, Ditulis Manual Hingga Tahunan, Begini Kisahnya
Penampakan Al-Quran Akbar ke 10 ukuran 2 meter x 1,5 meter yang akan diserahkan kepada Presiden Jokowi. (Suara.com / Citra Ningsih)

SuaraJawaTengah.id - Dengan tampak teliti dan rapi, Hayatuddin sang penulis Al-Quran menggoreskan pena khusus di lembaran kertas 1,5 meter x 1 meter.

Laki-laki kelahiran Purwodadi 6 April 1965 ini tampak terampil menuliskan huruf hingga merangkai ayat Alquran.

Ia menyebut kitab suci bagi umat islam yang berukuran besar ini dengan Al-Quran Akbar.

“Kami menyebutnya Al-Quran Akbar, bukan raksasa. Kalau raksasa kan konotasinya kadang kurang baik ya,” ujarnya saat ditemui suara.com, Kamis (14/4/2022).

Baca Juga:Puluhan Napi Rutan Kelas 1A Solo Antusias Ikuti Kegiatan Baca Alquran

Kelihaiannya dalam menulis mushaf Akbar ini sudah dilakukan sejak tahun 1991 lalu. Sampai saat ini, ia sudah membuat sebanyak 11 MUshaf Al-Quran Akbar.

Terdapat 3 macam ukuran Al-Quran yang sudah pernah dikerjakan, yakni ukuran 2 meter x 1,5 meter, 1,5 meter x  1 meter, dan yang terkecil  1 meter x 75 centimeter.

“Untuk ukuran yang 2 meter itu beratnya sekitar 4-5 kwintal, sementara ukuran 1,5 meter sekitar 2,5 hingga 3 kwintal, dan untuk yang ukuran 1 meter sekitar 1,5 kwintal,” tuturnya saat ditemui.

Untuk memulai penulisan secara manual huruf-huruf arab menjadi penggalan ayat Al Quran 30 Juz, Hayatuddin biasa memulai dari surat An Naba’. 

“Itu bagian yang tersulit, maka saya kerjakan terlebih dahulu,” ungkapnya.

Baca Juga:Jangan Buru-Buru Tidur, Coba 6 Kegiatan Produktif Usai Salat Tarawih Ini!

Ia juga menambahkan, ketika menulis Al-Quran Akbar biasanya Hayatuddin dalam keadaan suci dari hadas besar maupun kecil.

“Saat menulis mushaf Al-Quran ini, saya pasti sudah berwudhu terlebih dahulu,” katanya.

Untuk merampungkan mushaf Akbar, Hayatuddin tak sendiri. Setelah selesai ditulis tangan olehnya, penulisan pun ditashihkan oleh Hasan Siamah. Kemudian untuk ornamen halaman dikerjakan oleh Anas Ma’ruf.

Proses penulisan Al-Quran Akbar yang dilakukan secara manual oleh Hayatuddin di Masjid Baitul Quran lantai 4, Kabupaten Wonosobo. [Suara.com / Citra Ningsih]
Proses penulisan Al-Quran Akbar yang dilakukan secara manual oleh Hayatuddin di Masjid Baitul Quran lantai 4, Kabupaten Wonosobo. [Suara.com / Citra Ningsih]

Saat ditemui di Masjid Baitul Quran lantai 4, Hayatuddin juga ditemani salah seorang yang membuat sketsa. Proses tersebut adalah metode baru untuk percepatan pengerjaan.

Pasalnya, saat ini ia harus menyelesaikan dua Al-Quran Akbar dalam waktu 13 bulan. Padahal, untuk menyelesaikan satu mushaf biasanya ia membutuhkan waktu sekitar 2,5 tahun hingga 3 tahun lamanya.

Hanya mushaf ke 10 yang ia kerjakan dalam waktu kurun yang cukup singkat yakni sekitar 7 bulan saja.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak