Menjaga Tradisi Syawalan, Ada Kupat Jembut di Kota Semarang

Kupat jembut merupakan adalah makanan yang di sajikan satu minggu setelah hari raya Idul Fitri di salah satu kampung di Kota Semarang

Budi Arista Romadhoni
Senin, 09 Mei 2022 | 08:43 WIB
Menjaga Tradisi Syawalan, Ada Kupat Jembut di Kota Semarang
Anak-anak di Kota Semarang mengantre untuk mendapatkan kupat jembut. [Suara.com/Aninda Putri]

SuaraJawaTengah.id - Tepat pukul 06.00 pagi, puluhan anak kecil di kampung Pedurungan Tengah, Kota Semarang

Mereka datang berduyun-duyun, di sebuah gang sempit, dengan membawa kantong plastik beragam warna.

Dengan sabar, puluhan bocah tersebut berbaris rapi dan berjalan perlahan untuk menghampiri setiap  rumah. Mereka, menunggu giliran untuk mendapatkan kupat jembut yang dibagikan oleh warga sekitar

Tampak wajah sumringah para bocah, kala mendapatkan kupat jembut dan uang yang dibagikan oleh sang pemilik rumah. 

Baca Juga:Keren! Puluhan Balon Udara Semarakkan Syawalan di Wonosobo

Dengan cekatan mereka memasukan kupat jembut ke dalam kantong plastik yang mereka bawa. 

Kupat jembut merupakan sajian khas warga Pedurungan di bulan Syawal, tepatnya satu minggu setelah hari raya Idul Fitri. 

"Sudah jadi tradisi warga kampung sini setiap pagi di awal Syawal kami membagikan kupat jembut kepada anak-anak," ungkap Ketua RW 01 Pedurungan Tengah, Wasidarono kepada suarajawatengah, Senin (09/05/22).

Menurut Wasidarono, pembagian kupat jembut kepada anak-anak kecil di kampungnya merupakan bentuk rasa syukur  masyarakat di awal bulan Syawal. 

Selain itu, kupat jembut merupakan simol kesederhaan dalam merayakan satu Syawal. 

Baca Juga:Viral Ketupat Jembut, Ini Fakta Unik dan Mengharukan di Balik Ceritanya

"Kalau Lebaran idul fitri kan sudah identik dengan opor, kalau sekarang ya ini katupat isi tauge," ungkap Widarsono. 

Wasidarono mengungkapkan, ketika pandemi dua tahun lalu tradisi bagi-bagi kupat jembut masih ada. Namun, dengan protokol kesehatan ketat dan hanya segilintir rumah yang membuat. 

"Tahun kemarin ada tapi tidak seramai sekarang," tuturnya. 

Ia berharap, nantinya tradisi kupat jembut akan selalu ada saban satu Syawal dan diteruskan oleh generasi muda di kampung Pedurungan Tengah. 

"Karena inikan nguri-nguri budaya, ya memang harus dipertahankan," imbuhnya. 

Kontributor : Aninda Putri Kartika

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak