SuaraJawaTengah.id - Sebagai negara yang memegang presidensi G20 2022, Indonesia tengah bersiap menggelar pertemuan puncak kelompok 20 negara dan kawasan ekonomi terbesar itu.
G20 merepresentasikan kekuatan-kekuatan ekonomi, juga politik, di seluruh dunia. Secara global, mereka menyumbang 85 persen produk domestik bruto (PDB), 75 persen ekspor, dan 60 persen populasi.
Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, KTT G20 tahun ini akan digelar di tengah konstelasi politik global yang memanas akibat agresi militer Rusia di Ukraina pada Februari.
Perang di Ukraina telah berdampak pada ekonomi dunia, terlebih ketika negara-negara Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat menjatuhkan sanksi kepada Rusia.
Rusia, AS dan beberapa negara Barat adalah anggota G20. Konflik di Ukraina sedikit banyak telah memengaruhi soliditas di antara anggota-anggota kelompok itu.
Pada KTT yang akan digelar di Bali pada November tersebut, Indonesia mengundang semua anggota G20 dan sejumlah negara sebagai tamu, termasuk Ukraina.
Undangan kepada negara pecahan Uni Soviet itu disampaikan langsung oleh Presiden Joko Widodo kepada Presiden Volodymyr Zelenskyy saat mereka berbicara lewat telepon pada 27 April.
Usai pembicaraan itu, Jokowi menjelaskan bahwa alasannya mengundang Zelenskyy ke KTT G20 adalah demi pemulihan ekonomi dunia.
"Kita paham bahwa G20 memiliki peran sebagai katalisator dalam pemulihan ekonomi dunia dan kalau kita bicara mengenai pemulihan ekonomi dunia, maka terdapat dua hal besar yang mempengaruhi saat ini, yaitu yang pertama pandemi COVID-19 dan yang kedua perang di Ukraina," kata Jokowi di Istana Kepresidenan Bogor dalam video yang dibagikan di kanal YouTube Sekretariat Presiden pada 29 April.
Baca Juga:Presiden Biden Tuding Rusia Coba Hilangkan Budaya Dan Identitas Rakyat Ukraina
Jokowi mengatakan kepada Zelenskyy bahwa dirinya menyampaikan harapan agar perang di Ukraina dapat segera dihentikan dan solusi damai melalui perundingan dapat dikedepankan.