KSPN Fokus Garap Fasilitas Sekitar Candi Borobudur, Apa Kabar Desa Terluar Kawasan?

Banyak potensi wisata yang belum digarap maksimal di wilayah terluar kawasan Candi Borobudur.

Ronald Seger Prabowo
Rabu, 08 Juni 2022 | 19:15 WIB
KSPN Fokus Garap Fasilitas Sekitar Candi Borobudur, Apa Kabar Desa Terluar Kawasan?
Daya tarik wisata Lepen Shumong di Desa Ngrajek, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang. [Suara.com/ Angga Haksoro Ardi]

SuaraJawaTengah.id - Pembagunan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) diharapkan juga menyentuh wilayah terluar kawasan Candi Borobudur. Pembangunan saat ini baru fokus pada 20 desa di Kecamatan Borobudur.

Menurut Ketua BUMDes Desa Ngrajek, Yusuf Wardana, banyak potensi wisata yang belum digarap maksimal di wilayah terluar kawasan Candi Borobudur.

Berdasarkan master plan yang disusun JICA -lembaga donor Jepang yang ikut membiayai pemugaran Candi Borobudur tahun 1973- kawasan cagar budaya meliputi 5 zona pelestarian. Zona terluar berada dalam radius 52,5 kilometer.

Desa Ngrajek masuk dalam zona 4 sebagai fungsi pertahanan cagar budaya. Desa yang berada di zona ini harus tetap dipertahankan keasliannya karena terdapat beberapa situs bersejarah.

Baca Juga:Anya Geraldine Singgung Harga Tiket Mahal Masuk Candi Borobudur, Netizen: Wow Jleb

Jarak Desa Ngrajek ke Candi Borobudur sekitar 5 kilometer. Dari Candi Mendut bahkan lebih dekat lagi hanya 1,5 kilometer.

“Sangat ingin (ada pembangunan KSPN) di Desa Ngrajek. Kadang kami merasa iri. Saat ini yang digenjot itu pembangunan di wilayah Borobudur saja,” kata Yusuf Wardana kepada SuaraJawaTengah.id, Rabu (8/6/2022).

Desa Ngrajek menggarap ragam wisata berbasis air dan perikanan. Sekitar tahun 1962 nama Ngrajek pernah moncer sebagai pusat pembenihan ikan air tawar.

Dengan debit air bersih 54 liter per detik yang memancar dari mata air Udal dan Combrang, Desa Ngrajek menjadi surga budidaya ikan. Desa ini dulu pernah rutin menerima wisatawan live in yang mempelajari budidaya ikan.

Wisata yang digarap warga Desa Ngrajek saat ini adalah pasar jajajan pagi, Lepen Shumong. Sekitar 30 pedagang berjualan di pasar tepi jalan yang bersisian dengan saluran irigasi.

Baca Juga:Selain Borobudur, Ini Sederet Situs Warisan Budaya Dunia UNESCO di Indonesia

Omzet para pedagang di pasar Lepen Shumong rata-rata Rp500 ribu per hari. Sementara ini paar hanya buka pada Minggu pagi.

Perputaran uang dari jual-beli di Pasar Lepen Shumong sekitar Rp15 juta per minggu.

"Target sekali event kalau situasi sudah normal sekitar 1.000 orang. Sekarang masih dalam tahap pengembangan," kata Rohmad Abadi, Ketua Pengelola Pasar Lepen Shumong. 

Sebagai upaya meningkatkan layanan, pengelola sedang mengupayakan menyiapkan lahan parkir yang lebih luas, kamar mandi, dan fasilitas lainnya. Biaya perluasan area pasar ditanggung swadaya warga.  

Desa Ngrajek berharap KSPN membantu Desa Ngrajek mendirikan balai ekonomi desa (balkondes) sebagai tempat transit wisatawan. Dari balkondes,  wisatawan bisa memilih destinasi yang disukai.

Menurut Ketua BUMDes Desa Ngrajek, Yusuf Wardana, dana desa hanya dapat digunakan terbatas untuk pengembangan wisata.

Warga Kecamatan Mungkid mewacanakan membentuk kluster wisata yang terdiri dari Desa Ngrajek, Progowati, Rambeanak, Paremono, Pabelan, dan Kelurahan Mendut.

Masing-masing desa memiliki ikon wisata masing-masing. Misal Desa Paremono yang terkenal dengan perajin peyek ikan cethol, Pabelan dengan kerajinan kriya, dan Ngrajek yang dikenal dengan budidaya ikan air tawar.

“Kami antusias menyikapi apa yang dilakukan pemerintah lewat KSPN. Kami berharap bisa meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat lewat kegiatan wisata,” kata Yusuf.

Kontributor : Angga Haksoro Ardi

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini