SuaraJawaTengah.id - Baru-baru ini, tokoh pemuda Nahdlatul Ulama, Nadirysah Hosen atau Gus Nadir mengeluarkan pernyataan bahwa tidak ada Islamphobia di Indonesia.
Pernyataan tersebut merupakan respon dari deklarasi Gerakan Nasional Anti Islamophobia (GNAI) yang dipimpin oleh politikus Ferry Juliantoro, Jumat (15/7/2022) lalu.
Tak berhenti di situ saja, rupanya pernyataan Gus Nadir soal tak ada Islamphobia mendapat bantahan dari politisi senior Mohammad Said Didu.
"Yang masalah, kesimpulan anda bahwa islamophobia tidak ada di Indonesia karena Presiden sudah naik haji dll," ucap Didu melalui Twitter pribadinya @msaid_didu, Selasa (20/7/2022).
Padahal menurut Said Didu, Islamophobhia dapat berbentuk kebijakan publik yang diambil pemerintah. Jadi tidak sebatas berapa jumlah pejabat yang bergama muslim.
"Islamophobia itu bisa berupa kebijakan, pembiaran perlakuan masyarakat terhadap islam, ketidakadilan terhadap umat islam, dll," katanya.
"Apakah hal tersebut tidak ada di Indonesia?," imbuhnya menyoal pernyataan Gus Nadir.
Menanggapi Hal itu, Gus Nadir pun mempersilakan Said Didu untuk membedah kebijakan pemerintah yang menurutnya merupakan bentuk Islamophobia di indonesia.
"Monggo Om @msaid_didu silakan dibedah: kebijakan pemerintah RI yang mana yang anda anggap termasuk islamophobia? Sekalian kita ajak Prof @mohmahfudmd dalam diskusi ini sebagai wakil dari pemerintah," jawab Gus Nadir melalui twitternya.
"Bagus, tapi bukan hanya kebijakan tapi pembiaran dan ketidakadilan. Mohon jangan suka jumping conclution hanya karena memuji penguasa. Kalau cendekiawan mengambil kesimpulan dari pemujaan atau pembenaran kekuasaan apalagi hanya simbol, saya istilahkan #cendekiawankanebo," jawab Said.
- 1
- 2