"Saya juga nggak tahu," kata pejabat KBRI Beijing yang bersama penulis sedang mengikuti kegiatan Familiarization Trip ke Qinghai pada 10-15 Juli.
Memang informasi itu juga didengar beberapa pejabat dan staf KBRI yang saat itu bersama penulis di Qinghai, provinsi di dataran tinggi Tibet yang berjarak sekitar 1.350 kilometer di sebelah baratdaya Beijing.
Kebuntuan itu akhirnya terjawab pada Kamis (21/7) saat Menlu Retno LP Marsudi mengeluarkan pernyataan pers di Jakarta pada siang hari disusul kemudian oleh juru bicara MFA di Beijing pada sore harinya.
Ada yang Luput
Baca Juga:China Siap Beli 1 Juta Ton CPO Indonesia, Menko Luhut: Terima Kasih Presiden Xi Jinping
Pesawat Garuda Indonesia (GIA-1) yang ditumpangi Presiden Jokowi beserta istri Iriana Jokowi dan jajaran kabinet benar-benar mendarat di Bandar Udara Internasional Ibu Kota Beijing (BCIA) pada Senin (25/7) sekitar pukul 21.30 waktu setempat (20.30 WIB) setelah terbang di udara selama sekitar tujuh jam dari Jakarta.
Hanya beberapa menit setelah menginjakkan kaki di ibu kota China itu, berita mengenai kunjungan Jokowi yang dipublikasikan salah satu media setempat sudah menuai hampir 60.000 like dari para audiensnya.
Berita kedatangan Jokowi tersebut juga menghiasi layar kaca di China. Harapan dan optimisme dari berbagai kalangan di China dan Indonesia diputar berulang-ulang oleh CGTN, stasiun televisi resmi pemerintah China yang berjaringan internasional.
Ikhitiar meningkatkan hubungan dagang, investasi, politik, membangun kerja sama model baru, industri hijau, KTT G20, "Two Countries, Twin Park" dan isu-isu lainnya menjadi kesepakatan bersama, baik pada saat Jokowi bertemu Presiden China Xi Jinping maupun saat bertemu Perdana Menteri Li Keqiang di gedung tamu kenegaraan Diaoyutai, Beijing, pada Selasa (26/7).
Protokol ekspor nanas juga telah menjadi kesepakatan baru dalam momentum kunjungan Jokowi tersebut. Dengan adanya protokol itu, Indonesia sudah bisa mengekspor nanas ke China. Perjanjian ini sudah lama dinantikan oleh Indonesia, tepatnya sejak 2016.
Baca Juga:5 Fakta Presiden Jokowi Bertemu Presiden China Xi Jinping, Apa Saja Hasil Kesepakatan?
Namun ada beberapa hal yang luput dari pembicaraan kedua kepala negara. Rencana repatriasi 190 pelajar Indonesia ke China sama sekali tidak disinggung, baik dalam pertemuan tingkat puncak maupun tingkat menteri. Tanpa dukungan dari pemegang kekuasaan dan kebijakan, mustahil rencana pengembalian 190 pelajar yang terkatung-katung kuliahnya sejak pertama kali COVID-19 ditemukan di Wuhan pada awal 2020 sampai saat ini bakal terlaksana.
Para pelajar dari beberapa negara lain, seperti India, Korea Selatan, Jepang, Thailand, dan Singapura jauh-jauh hari sudah bisa kembali melanjutkan pendidikannya di China tanpa harus menunggu kepala negara mereka bertemu terlebih dulu dengan pemimpin China, seperti yang sudah dilakukan oleh Indonesia.
Masalah ratusan kapal dagang yang tertahan di pelabuhan-pelabuhan China sebagai konsekuensi dari regulasi baru per 1 Januari 2022 tentang produk makanan dan minuman impor juga luput dari pertemuan tingkat elite kedua negara. Padahal ekspor makanan dan minuman tersebut menjadi nilai tambah bagi Indonesia.
Indonesia memang mengalami surplus neraca perdagangan sebesar 1,12 miliar dolar AS dengan China selama periode Januari-April 2022. Namun yang menjadikan catatan positif bagi perdagangan Indonesia dengan China itu berasal dari ekspor minyak, gas, dan hasil pertambangan, bukan dari produk yang memberikan nilai tambah bagi industri di Indonesia.
Ironis memang karena selama periode tersebut nilai ekspor produk makanan dan minuman olahan Indonesia ke China hanya 1,46 miliar dolar AS atau turun signifikan sekitar 23,17 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang telah mencapai 1,90 miliar dolar AS, sebagaimana data yang dirilis Kementerian Kepabeanan China (GACC).
Terlepas dari itu semua, Jokowi telah mencatatkan diri sebagai satu-satunya kepala negara atau kepala pemerintahan di Indonesia yang berhasil menemui Xi Jinping di Beijing, terutama sejak penyelenggaraan Olimpiade Musim Dingin pada awal Februari lalu.