SuaraJawaTengah.id - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan inflasi di Jawa Tengah sudah mulai menurun meskipun harga cabai masin cenderung tinggi. Tingginya harga cabai itu menurut Ganjar karena memang sedang musimnya.
"Kalau cabai itu hanya musimnya saja, maka kami diintervensi," kata Ganjar usai menghadiri acara Forum Pusaka Jateng di Hotel Tentrem, Kota Semarang, Rabu (3/8/2022).
Terkait tingginya harga cabai tersebut, Ganjar mengajak masyarakat untuk mulai mencari alternatif cabai segar. Misalnya penggunaan cabai olahan sehingga ke depan harga cabai dapat stabil.
"Berikutnya kita harus bicara juga penggunaan cabai termasuk cabai olahan sehingga kita tidak harus menggunakan cabai yang fresh. Ini butuh edukasi tadi bahasanya.
Baca Juga:Kenaikan Harga Cabai, BBM hingga Tarif Listrik Picu Melesatnya Inflasi Juli 2022
Ganjar menjelaskan, secara umum inflasi di Jawa Tengah mulai menurun setelah dilakukan intervensi dan operasi pasar yang dilakukan secara masif oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah, dan pemangku kepentingan lain.
"Betul-betul kita melakukan checking data maka sistem yang pernah kita buat sama BI yang namanya SIHATI itu kita harapkan betul-betul semuanya meng-update tiap hari. Kalau bisa tiap hari itu bisa menjadi data awal bagaimana kita membaca situasi," jelasnya.
Volatile food menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi inflasi. Untuk itu Ganjar mendorong peningkatan produksi komoditas pangan sehingga produksi dalam negeri mencukupi kebutuhan. Dorongan itu sebagai langkah siaga karena terkait komoditas pangan juga dipengaruhi faktor eksternal atau perubahan global yang sedang terjadi.
"Selalu saja pasti ada hubungannya. Ini momentum buat kita bangkit. Hari Jumat besok kita sama BI mau ke Tegal, di sana sudah ada learning center untuk petani belajar menanam bawang putih. Dulu kita sudah menanam di Tawangmangu dan Temanggung, hari ini kita buatkan di Tegal. Termasuk bekerja sama dengan IPB dengan satu harapan kelak kemudian hari kebutuhan bawang putih umpama yang ini juga membuat rentan pada kenaikan inflasi," katanya.
Ganjar menambahkan, produksi komoditas pangan dalam negeri itu juga akan menekan impor. Memang impor komoditas pangan masih diperlukan tetapi sebisa mungkin lebih banyak memanfaatkan produk dalam negeri.
Baca Juga:Memasuki Bulan Agustus, Beberapa Harga Kebutuhan Pokok di Sumut Berangsur Turun
"Impor sih boleh tapi jangan banyak-banyak. Masa kita impornya banyak banget, produksi dalam negerinya kurang. Ini intervensi yang coba kita lakukan. Intinya pemerintah daerah tidak boleh duduk manis, hari ini harus mempelototi terus apa saja yang ada agar kemudian bisa mengendalikan inflasi," ujarnya.
Selain volatile food, satu hal lagi yang mempengaruhi inflasi adalah administered price yang sering kali tidak diketahui. Misalnya angkutan umum, orang masuk sekolah, dan juga kebijakan terkait kenaikan harga BBM.
"Jangan salah, orang bayar sekolah bisa jadi inflasi juga. Ini sebentar lagi soal kenaikan harga BBM umpama. Itu beberapa kebijakan yang akan mendorong. Maka yang penting kontrol dan pengendalian yang musti kita lakukan. Komunikasi kita di Pemkot, BI, di kami ini terus menerus," kata Ganjar.