SuaraJawaTengah.id - Warga Kota Semarang berharap cemas menanggapi wacana kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
Pasalnya, beredar kabar harga BBM akan naik pada 1 September. Hal itu memicu antrean panjang di beberapa SPBU.
Masyarakat berbondong-bondong datang ke SPBU untuk mengisi BBM bersubsidi sebelum terjadi kenaikan harga.
Beberapa orang rela mengantre cukup lama untuk mengisi penuh tangki kendaraan mereka. Joko Santoso (36) warga Kecamatan Gajahy Kota Semarang, satu di antaranya.
Baca Juga:Tunggu Kepastian Kenaikan BBM, Pedagang Pasar Rejowinangun Curhat: Semua Harga Pasti Naik
Ia ikut mengantre di SPBU di sekitar Gajahmungkur lantaran mendengar harga BBM naik malam ini.
Menurutnya jika pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi, akan sangat berimbas ke masyarakat bawah.
"Kami semakin tercekik kalau benar harga BBM naik malam ini," terangnya usai mengantre BBM, Rabu (31/08/22).
Dilanjutkanya wacana menaikkan harga BBM tidak tepat tengah kondisi perekonomian yang tak menentu.
"Masyarakat masih berjuang bangkit dari dampak pandemi, baru melangkah BBM sudah dinaikkan. Pastinya memberatkan," tuturnya.
Baca Juga:Bansos BBM Bersubsidi, Ibarat Semua Orang Digebuki, Sebagian Dikasih Permen
Secara tegas ia mengatakan pemerintah juga memaksa masyarakat untuk membeli BBM non subsidi.
"Kenyataan seperti itu, ada pembatasan lah, pakai aplikasi lah, sampai stok pertalite kosong di beberapa SPBU. Apa namanya kalau tidak pemaksaan," terangnya.
Tak hanya Joko, Bambang (51) pengemudi angkot yang tengah menunggu penumpang di Jalan Jenderal Sudirman Kota Semarang, juga mengeluhkan adanya wacana kenaikan harga BBM.
"Penumpang angkot bisa dihitung jari, kadang tidak ada yang naik. Kalau BBM naik, kami pengemudi angkot kalang kabut pastinya," terangnya.
Bahkan Bambang berujar, jika harga BBM naik, ia berencana akan gantung setir.
"Semakin nelangsa kami ini, lebih baik nganggur di rumah atau jadi pedagang ketimbang sengsara dengan melambungnya harga BBM," tuturnya.