Termasuk pula oleh awak media, yang diharapkan tak membuat narasi politik yang dapat mengundang konflik.
"Ujaran kebencian, SARA, hoaks, adu domba, saling menghasut yang kerap membanjiri media sosial juga menjadi hal yang penting untuk kita waspadai secara bersama-sama. Maka saya minta supaya insan pers memiliki peran untuk menangkalnya, menjadi penjaga gawangnya agar tak langsung dikonsumsi masyarakat secara mentah-mentah," ungkapnya.
Apalagi jelang Pemilu 2024 mendatang, media sosial menjadi salah satu media komunikasi dan informasi yang rawan polarisasi. Dan hoaks, fitnah, adu domba, hingga ujaran kebencian memang sering terjadi mendekati tahun-tahun politik.
"Media massa sangat diharapkan bisa meredam segala persoalan itu, dengan membuat berita yang benar, berumbang, tak tendensius, dan sesuai kaidah jurnalistik," katanya.
Baca Juga:Wow! Pelanggaran Lalu Lintas di Jawa Tengah Meningkat 1,068 Juta pada Tahun 2022
Heri Pudyatmoko mengatakan, potensi konflik tentunya harus segera diantisipasi sejak dini agar tidak ada perpecahan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat Indonesia pada Pemilu 2024 nanti.
"Di media sosial sudah ramai mendekati Pemilu 2024. Kita tentunya berharap agar tidak ada kegaduhan. Maka dari itu semua pihak, baik penyelenggara, insan pers, negara, perlu menyiapkan skema atau desain serta langkah konkret untuk mencegah penyebaran konten provokatif yang berpotensi memecah belah NKRI. Dan selamat Hari Pers Nasional," ucap Heri Londo, sapaan akrabnya.