SuaraJawaTengah.id - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengeluarkan prediksi terjadinya peningkatan kekeringan tiga kali lipat pada musim kemarau tahun 2023. Peningkatan ini apabila terjadi dalam waktu berkepanjangan berpotensi menimbulkan terjadinya kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).
Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan musim kemarau di Indonesia akan terjadi pada April 2023. Jika tidak ada langkah antisipatif dari pemerintah, peningkatan risiko bencana kekeringan, Karhutla, dan kekurangan air bersih dikhawatirkan akan terjadi.
Menanggapi potensi kekeringan serta Karhutla saat musim kemarau, Wakil Ketua DPRD Jawa Tengah (Jateng) Heri Pudyatmoko mengingatkan, pemerintah daerah harus menyiapkan skema pencegahan mulai dari sekarang. Pemprov Jateng dan Pemkab/Pemkot setempat diminta lebih sigap dalam menghadapi musim kemarau.
"Peringatan dari BNPB dan BPBD sudah disampaikan. Pemerintah daerah harus menindaklanjutinya. Jika musim kemarau diprediksi akan terjadi mulai bulan April, maka segera siapkan pencegahan mulai dari sekarang. Kita harus sigap mengantisipasi potensi kekeringan serta kebakaran hutan dan lahan," kata Heri dikutip dari keterangan tertulis pada Rabu (29/3/2023).
Kekeringan dan Karhutla menjadi dua hal yang harus diwaspadai dan diantisipasi oleh pemerintah daerah saat memasuki periode musim kemarau. Mengantisipasi masalah kekeringan di Jateng, Heri Pudyatmoko mendorong pengoptimalan infrastruktur sumber daya air seperti waduk, bendungan, sumur, dan lain-lain.
"Bisa dengan mengoptimalkan pengoperasian waduk-waduk maupun infrastruktur sumber daya air lainnya. Ini berguna untuk menampung dan memanen air di musim kemarau, mumpung ini juga masih musim hujan. Saat kelebihan air ditampung di situ, nanti bisa diambil dan digunakan saat kemarau," lanjut Heri.
Pimpinan DPRD Jateng dari Fraksi Partai Gerindra ini juga mengimbau masyarakat supaya air hujan tetap ditampung dan dimanfaatkan seefisien mungkin sebagai sumber persediaan. Masyarakat juga diimbau untuk bijak dalam menggunakan air.
"Musim kemarau nanti diprediksi akan lebih kering daripada tahun lalu. Selain mengoptimalkan infrastruktur, masyarakat juga perlu menghemat penggunaan air, gunakan air seperlunya saja. Lakukan penyaringan dan pemfilteran terhadap air yang ada dengan memberdayakan masyarakat," tandasnya.
Selain itu, pemerintah daerah juga diminta untuk mengantisipasi adanya potensi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) memasuki musim kemarau bulan depan. Pasalnya menurut Heri, potensi terjadinya Karhutla juga semakin tinggi karena kondisi lahan akan ikut kering jika curah hujan menurun.
Baca Juga:Peringatan Dini BMKG! Gelombang hingga 4 Meter Berpotensi Terjadi di Sejumlah Perairan
"Perlu dilakukannya patroli dan pengawasan lebih ketat oleh instansi terkait seperti Polisi Hutan. Kami rasa rutin melakukan patroli dan pengawasan bisa mengurangi kebakaran hutan. Terutama jika dilakukan ketika musim kemarau," ungkap Heri.
Sementara itu, instansi terkait juga perlu melakukan deteksi dini terhadap potensi kebakaran hutan dan lahan. Hal ini bisa dilakukan dengan mendirikan menara pengawas dengan jarak pandang jauh yang dilengkapi sarana deteksi seperti teropong dan sarana alat komunikasi.
Ia melanjutkan, upaya lain misalnya juga bisa dilakukan dengan membuat pos jaga di sekitar area tanaman dan juga di kawasan perbatasan dengan penduduk ataupun di dekat lahan usaha. Sehingga ketika nantinya timbul percikan api bisa langsung dipadamkan sebelum menyebar luas.
"Kami sarankan juga kepada pemerintah dan masyarakat untuk mengurangi penggunaan bahan-bahan yang mudah memercikan api di kawasan hutan atau pada lahan yang mudah terbakar," ungkap Heri.
Prediksi Kemarau di Jateng
Sementara itu, BMKG Stasiun Klimatologi Semarang memprakirakan bahwa awal musim kemarau tahun 2023 di wilayah Jawa Tengah umumnya diprakirakan terjadi pada bulan Mei 2023. Meskipun begitu, awal musim kemarau tahun 2023 paling awal terjadi pada bulan April Dasarian II (pertengahan April 2023).
"Ini berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, serta memperhatikan perkembangan kondisi fisis dan dinamika atmosfer regional maupun global yang sedang berlangsung, serta kecenderungannya yang dapat mempengaruhi kondisi iklim," kata Kepala BMKG Stasiun Klimatologi Semarang Sukasno.
Selain itu, BMKG Stasiun Klimatologi Semarang juga memprakirakan awal musim kemarau tahun 2023 umumnya adalah sama dan maju (lebih cepat) satu dasarian dari normalnya. Sifat hujan musim kemarau umumnya diprakirakan Bawah Normal (BN) hingga Normal (N).
“Puncak musim kemarau tahun 2023 umumnya diprakirakan terjadi pada bulan Agustus tahun 2023. Puncak musim kemarau 2023 umumnya sama dan maju (lebih cepat) satu bulan dari normalnya,” ungkap Sukasno dalam keterangan persnya.